65). Bagaimana sifat bacaan sholat Dhuhur?
Jawab:
๐Sesuai As-Sunnah dalam sholat Dhuhur adalah memanjangkan bacaan, maka dipanjangkan rakaat pertama kira-kira tiga puluh ayat kemudian rakaat yang kedua lebih pendek dari yang pertama, rakaat ketiga dan keempat lebih pendek dari dua rakaat yang pertama.
โก Dalilnya adalah hadits Abu Said Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu:
ุนููู ุฃูุจูู ุณูุนููุฏู ุงููุฎูุฏูุฑูููู ููุงูู ููููุฏู ููุงููุชู ุตูููุงุฉู ุงูุธููููุฑู ุชูููุงู ู ููููุฐูููุจู ุงูุฐููุงููุจู ุฅูููู ุงููุจููููุนู ููููููุถูู ุญูุงุฌูุชููู ุซูู ูู ููุชูููุถููุฃู ุซูู ูู ููุฃูุชูู ููุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููู ุงูุฑููููุนูุฉู ุงููุฃููููู ู ูู ููุง ููุทููููููููุง. ุฑูุงู ู ุณูู .
dari Abu Sa’id al-Khudri dia berkata, “Sungguh shalat Dhuhur dikumandangkan iqamah, maka seseorang pergi ke al-Baqi’, lalu menunaikan hajatnya, kemudian berwudhu, kemudian dia mendatangi (shalat jamaah) sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih pada rakaat pertama yang beliau panjangkan.”
๐HR. Muslim.
66). Bagaimana sifat bacaan sholat Ashar?
Jawab:
๐ฟBacaan sholat Ashar lebih pendek dari bacaan sholat Dhuhur yaitu separuh bacaan sholat Dhuhur.
โก Dalilnya adalah hadits Abu Said Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu:
ุนููู ุฃูุจูู ุณูุนููุฏู ุงููุฎูุฏูุฑูููู ููุงูู ูููููุง ููุญูุฒูุฑู ููููุงู
ู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู
ู ููู ุงูุธููููุฑู ููุงููุนูุตูุฑู ููุญูุฒูุฑูููุง ููููุงู
ููู ููู ุงูุฑููููุนูุชููููู ุงููุฃูููููููููู ู
ููู ุงูุธููููุฑู ููุฏูุฑู ููุฑูุงุกูุฉู ุงูู
ุชูููุฒูููู ุงูุณููุฌูุฏูุฉู ููุญูุฒูุฑูููุง ููููุงู
ููู ููู ุงููุฃูุฎูุฑููููููู ููุฏูุฑู ุงููููุตููู ู
ููู ุฐููููู ููุญูุฒูุฑูููุง ููููุงู
ููู ููู ุงูุฑููููุนูุชููููู ุงููุฃูููููููููู ู
ููู ุงููุนูุตูุฑู ุนูููู ููุฏูุฑู ููููุงู
ููู ููู ุงููุฃูุฎูุฑููููููู ู
ููู ุงูุธููููุฑู ููููู ุงููุฃูุฎูุฑููููููู ู
ููู ุงููุนูุตูุฑู ุนูููู ุงููููุตููู ู
ููู ุฐููู. ููู ุฑูุง ูุฉ: ” ููุฏูุฑู ุซูููุงุซูููู ุขููุฉู”. ุฑูุงู ู
ุณูู
.
ุฃู ูู ุงูุฑูุนุชูู ู ุงููุฃูููููููููู ู
ููู ุงูุธููููุฑู
dari Abu Sa’id al-Khudri dia berkata, “Kami memperkirakan (kadar waktu) berdirinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat Dhuhur dan ashar. Maka kami memperkirakannya dalam dua rakaat pertama dari shalat Dhuhur sekitar bacaan alim lam mim tanzil (yaitu surat as-Sajdah), dan kami memperkirakan waktu berdirinya beliau pada dua rakaat lainnya sekitar setengah dari hal tersebut. Dan kami memperkirakan berdirinya beliau pada dua rakaat pertama shalat ashar setengah dari hal tersebut.”
๐ HR. Muslim.
๐Yaitu: pada dua rakaat pertama dari shalat Dhuhur.
Dalam riwayat lain:
sekitar tiga puluh ayat.
๐Makna “ููุญูุฒูุฑ” yaitu kami memperkirakan.
67). Bagaimana sifat bacaan sholat Maghrib?
Jawab:
๐ฟSunnahnya adalah terkadang panjang, terkadang pendek dan tengah-tengah antara panjang dan pendek.
๐Dahulu Rasulullah โ๏ทบ terkadang membaca Qishar (pendek) mufashshol, Thuwal (panjang) mufashshol atau wasath (tengah) mufashshol. Rasulullah โ๏ทบ membaca surat Al-Mursalat kadangpula Surat Al-A’raf.
โก Dalilnya adalah hadits Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu:
ุนู ุฒูููุฏู ุจููู ุซูุงุจูุช ุฑุถู ุงููู ุนููู ูุงู ููููุฏู ุฑูุฃูููุชู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููููุฑูุฃู ููู ุงููู ูุบูุฑูุจู ุจูุทููููู ุงูุทููููููููููู ููุงูู ููููุชู ู ูุง ุทููููู ุงูุทููููููููููู ููุงูู ุงููุฃูุนูุฑูุงูู.
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu’ anhu berkata: aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca dua surat panjang dari surat-surat panjang dalam shalat Maghrib?.” Ibnu Abu Mulaikah berkata; “Kataku; “Apakah dua surat panjang dari surat-surat panjang tersebut?” Urwah menjawab; “Yaitu Al-A’raf.
๐ธ Al-Mufashshol (1) yaitu dari Surat Qof sampai Surat An-Nas
68). Bagaimana sifat bacaan sholat Isya’?
Jawab:
๐ฟSunnahnya adalah memperpendek bacaan dalam sholat isya, membaca dari ausath (tengah) mufashshol dan qishar (pendek) mufashshol .
โก Dalilnya adalah hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu:
ุนููู ุฌูุงุจูุฑู ุฃูููููู ููุงูู ุตููููู ู ูุนูุงุฐู ุจููู ุฌูุจููู ุงููุฃูููุตูุงุฑูููู ููุฃูุตูุญูุงุจููู ุงููุนูุดูุงุกู ููุทูููููู ุนูููููููู ู ููุงููุตูุฑููู ุฑูุฌููู ู ููููุง ููุตููููู ููุฃูุฎูุจูุฑู ู ูุนูุงุฐู ุนููููู ููููุงูู ุฅูููููู ู ูููุงูููู ููููู ููุง ุจูููุบู ุฐููููู ุงูุฑููุฌููู ุฏูุฎููู ุนูููู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููุฃูุฎูุจูุฑููู ู ูุง ููุงูู ู ูุนูุงุฐู ููููุงูู ูููู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุฃูุชูุฑููุฏู ุฃููู ุชูููููู ููุชููุงููุง ููุง ู ูุนูุงุฐู ุฅูุฐูุง ุฃูู ูู ูุชู ุงููููุงุณู ููุงููุฑูุฃู ุจูุงูุดููู ูุณู ููุถูุญูุงููุง ููุณูุจููุญู ุงุณูู ู ุฑูุจูููู ุงููุฃูุนูููู ููุงููุฑูุฃู ุจูุงุณูู ู ุฑูุจูููู ููุงูููููููู ุฅูุฐูุง ููุบูุดูู.
dari Jabir bahwasanya dia berkata, “Mu’adz bin Jabal al-Anshari shalat Isya’ mengimami para sahabatnya, lalu dia memanjangkan bacaannya atas mereka, maka seorang laki-laki dari kalangan kami berpaling, lalu shalat sendirian. Lalu Mu’adz diberitahu tentangnya, maka dia berkata, ‘Dia seorang yang munafik.’ Ketika hal tersebut sampai pada laki-laki tersebut maka dia mengunjungi Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam, lalu mengabarkan kepadanya sesuatu yang dikatakan Mu’adz. Maka Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda kepadanya, ‘Apakah kamu ingin menjadi pemfitnah (yang membuat orang lain lari dari agama) wahai Mu’adz?. Apabila kamu mengimami manusia, maka bacalah surat asy-Syams wa dhuhaha, Sabbihisma Rabbika al-A’la, dan Iqra’ Bismi Rabbika, serta Wa al-Laili idza Yaghsya’.”
๐ HR. Muslim
(1).Penerjemah:
๐บ Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:
“Dan Mufashshol ada tiga macam sebagaimana ditunjukkan pada perkataan Penulis (Zadul Mustaqni’), di antaranya Thuwal, Qishor dan Wasath, maka termasuk
โก Thuwal Mufashshol: dari surat Qof sampai surat An-Naba’.
โก Ausath Mufashshol: dari Surat An-Naba’ sampai surat Adh-Dhuha
โก Qishor Mufashshol:
dari Surat Adh-Dhuha sampai surat An-Nas.
๐ Dan dinamakan Mufashshol karena banyak pemisahnya disebabkan surat-suratnya pendek.”
๐ Asy-Syarhul Mumti’ karya beliau [3/75].
๐ Imam Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
“Dari surat Qof sampai akhir Al-Qur’an (surat An-Nas) menurut pendapat yang rajih (kuat),dan dinamakan ‘Mufashshol’ karena banyaknya pemisah yaitu dengan Basmalah (Bismillahirrahmanirrahim) menurut pendapat yang kuat”.
๐ Fathul Bari [2/259].