Ukuran Kebanyakan Manusia Di Dunia

๐Ÿ’ฅUkuran Kebanyakan Manusia Di Dunia๐Ÿ’ฅ

ุนูŽู†ู’ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจู’ู†ู ุจูุฑูŽูŠู’ุฏูŽุฉูŽ ุŒ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู‡ู ุนูŽู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ : ” ุฅูู†ู‘ูŽ ุฃูŽุญู’ุณูŽุงุจูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ูŠูŽุฐู’ู‡ูŽุจููˆู†ูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู’ู…ูŽุงู„ู “. ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุฅู…ุงู… ุงู„ุฅู…ุงู… ุฃุญู…ุฏ ูˆุงู„ู†ุณุงุฆูŠ ูˆุตุญุญู‡ ุงู„ุฃู„ุจุงู†ูŠ ูˆุงู„ูˆุงุฏุนูŠ.

Dari Abdullah bin Buraidah dari bapaknya dia berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “(Ukuran) keutamaan kemuliaan penduduk dunia yang mereka jadikan pegangan adalah harta.”

๐Ÿ“šHR. Imam Ahmad dan An-Nasa’i, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasa’i (3225) dan Syaikh Al-Wadi’iy dalam Ash-Shahih Al-Musnad (173).

๐ŸŒปMuhammad bin Ali bin Adam Al-Itsyubi ‘afaahullah Ta’ala berkata:

“Yang benar menurutku bahwa hadits ini didatangkan untuk menjelaskan apa yang terjadi dalam kenyataan kebanyakan manusia dan masyarakat. Dan yang demikian itu mereka bersandar atas harta, berbangga dengannya, sedangkan itu bukanlah ukuran secara syariat. Hal itu seperti arti firman Allah Ta’ala:

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan”, hingga arti firman-Nya;

“Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13)

Allah Ta’ala telah mengabarkan tentang hikmah penciptaan manusia laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal, bukan saling berbangga-bangga dan bermusuh-musuhan, lalu mengabarkan bahwa kemulian di sisi-Nya tidaklah dari sisi ini, hanya saja dari sisi ketakwaan saja. Barang siapa bertakwa maka dia adalah orang paling mulia di sisi Allah, walaupun dia adalah seorang yang rendah nasabnya. Dan barang siapa tidak bertakwa, maka dia adalah orang paling rendah di sisi Allah, walaupun dia adalah seorang yang tinggi nasabnya. Tidaklah dianggap nasab tanpa ketakwaan. Begitu juga di sini, bahwa kebanggaan yang menguasai (mendominasi) di antara manusia adalah kebanggaan dengan harta. Akan tetapi tidaklah dianggap secara syariat melainkan bersama padanya ketakwaan dan menunaikan apa yang menjadi kewajiban harta (sedekah, zakat, nafkah dan semisalnya).”

๐Ÿ“šDzakhirah Al-‘Uqba fi Syarh Al-Mujtaba (27/89).

๐Ÿ’Faedah Hadits Pelajaran Dhuhur, Darul Hadits Mabar Yaman, Senin 4 Sya’ban 1443H.

โœ’Muntaqo Al Fawaid
๐Ÿ“ฑhttps://t.me/abuzurahwiwitwahyu
๐ŸŒhttps://abuzurahwiwitwahyu.my.id/