🌹Risalah Kedua🌹
🌷Bab Kewajiban Puasa dan Sunnahnya Serta Yang Terkait Dengan Rukyah Hilal🌷
Soal:
1). Apakah puasa itu?
Jawab :
🌻Puasa secara bahasa artinya menahan pembicaraan atau selainnya dari perkataan dan perbuatan.
➡Misalnya firman Allah Ta’ala tentang Maryam ‘alaihas salam:
{ إِنِّيْ نَذَرْتُ لِلرَّحْمٰنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا ۚ}.
“Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” (QS. Maryam 19: Ayat 26)
🌿Dinamakan seorang itu menahan karena dia menahan diri dari pembatal-pembatalnya sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari.
🍃Adapun secara syariat, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata:
“Bahwasanya puasa adalah beribadah kepada Allah Ta’ala dengan menahan diri dari pembatal-pembatalnya sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari.”
Soal:
2). Apakah dikatakan Ramadan atau Bulan Ramadan?
Jawab:
🍀Benar juga untuk dikatakan Ramadan tanpa menyandarkan kepada kata “Bulan”, karena banyak hadits yang menyebutkan Ramadan tanpa penyebutan bulan, sedangkan hadits yang menyebutkan larangan penyebutan Ramadan tanpa “Bulan” adalah hadits lemah.
Soal:
3). Apakah hukum ucapan selamat atas masuknya Ramadan?
Jawab :
📌Hadits diriwayatkan oleh Al Imam An-Nasa’i dan disahihkan oleh Syaikh Al-Albany dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:(( أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ )).
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ramadhan telah datang kepada kalian, -ia adalah- bulan penuh berkah, Allah -Azza wa Jalla- telah mewajibkan kepada kalian berpuasa. Di bulan itu pintu langit dibuka, dan pintu neraka Jahim ditutup dan setan pembangkang dibelenggu. Demi Allah di bulan itu ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang tidak mendapat kebaikannya, maka sungguh ia telah terhalangi untuk mendapatkannya.”
🍁Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rahimahullah berkata:
“Telah datang dari generasi Salaf bahwasanya mereka dahulu saling memberikan ucapan sebagian mereka kepada sebagian yang lain dengan masuknya bulan Ramadan, tidak mengapa dalam perkara ini. Misalnya mengatakan : Bulan yang diberkahi, atau Semoga Allah memberkahimu di bulanmu ini, dan semisalnya. Dan orang yang mendapatkan ucapan membalas dengan ucapan selamat semisalnya. Misalnya dia membalas : Bagimu semisal ini, atau Dia (Allah) memberikan berkah atasnya. Atau apa yang membuat senang orang yang memberikan ucapan selamat.
Soal:
4). Apa hukumnya memperlihatkan rasa senang dan gembira atas datangnya Ramadan?
Jawab :
🌾Senang dengan datangnya musim (waktu) ketaatan dan bersedih atas berlalunya ini adalah perkara yang disukai.
➡ Allah Ta’ala berfirman:
{قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَـفْرَحُوْا ۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ}.
“Katakanlah (Muhammad), Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus 10: Ayat 58)
Soal:
5. Keadaan Generasi Salaf ketika datang bulan Ramadan?
Jawab:
🍂Imam Mu’alla bin Al-Fadhl rahimahullah berkata:
“Dahulu mereka (generasi salaf) berdoa kepada Allah Ta’ala enam bulan (sebelum Ramadan) agar disampaikan bulan Ramadan, kemudian berdoa kepada-Nya enam bulan (setelah Ramadan) supaya diterima (amalan ketaatan) mereka.”
🍁Imam Yahya bin Abi Katsir rahimahullah berkata:
“Adalah termasuk doa mereka (generasi salaf): ‘Ya Allah, sampaikanlah aku kepada Ramadan, selamatkanlah aku (dari dosa dan maksiat) di bulan Ramadan, dan terimalah dariku (amalan ketaatan).”
Soal:
6. Apa yang dimaksud dari sabda Nabi ﷺ :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:(( مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ )).
Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Jawab:
🌺Yang dimaksud dengan ‘iman’ adalah keyakinan yang benar akan kewajiban puasa Ramadan,
dan yang dimaksud dengan ‘ihtisab’ adalah memohon pahala dari Allah Ta’ala.”
🖋(Imam Ibnu Hajar).
➡ “Yaitu pendorong baginya untuk menunaikan puasa adalah keimanannya bahwa Allah Ta’ala telah mewajibkannya atasnya yang demikian itu dan memohon pahalanya di sisi-Nya akan demikian itu.”
🖋( Imam Ibnu Baz).
Soal:
7). Siapakah orang yang berpuasa secara benar di sisi Allah ?
Jawab :
🌾Orang yang berpuasa secara benar adalah orang yang menjaga anggota badannya dari perbuatan dosa, mencegah lisannya dari berkata dusta, jelek dan bohong, menahan perutnya dari makan dan minum, menjaga kemaluannya dari jimak (bersetubuh). Apabila berbicara tidak berbicara dengan sesuatu yang mengurangi puasanya. Apabila berbuat sesuatu tidak berbuat yang merusak puasanya. Perkataan yang keluar darinya semuanya bermanfaat dan baik, begitupula perbuatannya, inilah puasa yang disyariatkan, tidak hanya menahan dari makan dan minum.
✒(Imam Ibnul Qoyyim).
Soal:
8). Apakah maksud dari puasa Ramadan itu?
Jawab :
🌺Puasa Ramadan bukanlah maksud darinya sekedar cukup menahan makan dan minum saja, tetapi menahannya seluruh anggota badan dari apa yang diharamkan oleh Allah Ta’ala, maka puasanya lisan adalah menahan dari ghibah, mengadu domba, sumpah palsu. Puasanya kedua mata adalah tidak melihat kepada yang diharamkan Allah Ta’ala. Puasanya telinga adalah tidak mendengarkan suatu yang haram.
➡ Sungguh Allah Ta’ala berfirman :
{قُلْ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُـضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْ ۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِۢمَا يَصْنَـعُوْنَ}.
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nur 24: Ayat 30)
✒ (Lajnah Daimah [Majelis Ulama Saudi Arabia]).
Soal:
9). Sebutkan pengaruh puasa pada kemaslahatan zahir dan batin?
Jawab :
🍀Puasa memberikan pengaruh dalam penjagaan anggota badan yang tampak dan kekuatan batin, menjaganya dari pencampuran zat yang berbahaya jika berlebihan membahayakannya, membersihkan zat yang buruk yang dapat merusak kesehatannya. Puasa menjaga kesehatan hati dan anggota badan, mengembalikan kepadanya apa yang telah dirampas hawa nafsu (syahwat). (Puasa) Ini adalah termasuk paling besarnya pertolongan terhadap ketakwaan.
➡Seperti firman Allah Ta’ala:
{ يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَا مُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ ۙ}.
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 183)
📌Rasulullah ﷺ bersabda:
(( الصَومُ جُنَّة)).
“Puasa itu adalah perisai.”
🌻Beliau ﷺ memerintahkan orang yang tinggi syahwatnya untuk menikah, apabila tidak mampu maka berpuasa, Beliau ﷺ menjadikan puasa sebagai perisai dari syahwat.
➡ Dan maksudnya adalah bahwa kemaslahatan puasa ketika dibuktikan dengan akal sehat dan fitrah yang lurus, Allah Ta’ala mensyariatkan terhadap hamba-Nya sebagai rahmat bagi mereka, berbuat baik kepada mereka, penjagaan dan perisai bagi mereka.
✒ (Imam Ibnul Qoyyim).
Soal:
10). Kapan diwajibkan puasa Ramadan?
Jawab:
🍁Diwajibkan puasa Ramadan pada tahun ke dua hijriah secara ijmak (kesepakatan Ulama), maka Rasulullah ﷺ puasa sembilan kali Ramadan secara ijmak.
✒(Imam Ibnu Muflih rahimahullah).
