Risalah Ketujuh Bab sahur dan berbuka serta hukum yang terkait dengan keduanya

๐ŸŒนRisalah Ketujuh๐ŸŒน

๐ŸŒทBab sahur dan berbuka serta hukum yang terkait dengan keduanya๐ŸŒท

Soal:
51. Apakah yang dilakukan seorang yang ragu dalam terbitnya fajar sadik, apakah wajib baginya untuk menahan (makan dan minum)?

Jawab:

๐ŸŒบ” Tidaklah wajib baginya untuk menahan (makan dan minum) sampai jelas baginya terbit fajar sadik karena Allah Ta’ala membolehkan makan dan minum sampai jelas fajar sadik, diriwayatkan Imam Ibnu Abi Syaibah dengan sanad shahih dari Abidh Dhuha, Beliau berkata: seorang laki-laki datang kepada Ibnu Abbas, kemudian dia berkata: apakah aku tinggalkan makan sahur?
Ibnu Abbas berkata: ‘Makanlah selama engkau masih ragu sampai engkau tidak ragu (akan terbitnya fajar sadik).’

๐ŸŒปSyaikh Al-‘Utsaimin berkata:

“Akan tetapi bila menurut sangkaannya yang kuat telah terbit fajar sadik, maka dia berhati-hati dengan menahan (dari makan dan minum).”

Soal:
52. Apakah tanda terbitnya fajar sadik (waktu sholat shubuh)?

Jawab :

๐ŸŒพTerbedakan fajar kedua (sadik) dari fajar pertama (kadzib) dengan tiga hal:
1. Fajar kedua (cahaya) menyebar di sebelah ufuk sedangkan fajar pertama memanjang dari timur ke barat, adapun fajar kedua memanjang dari utara ke selatan.
2. Fajar kedua tidak ada kegelapan setelahnya, bahkan berkelanjutan cahaya semakin terang sampai terbit matahari, adapun fajar pertama setelah adanya berkas cahaya ada kegelapan lagi.
3. Fajar kedua bersambung dengan cahaya putih di ufuk adapun fajar pertama di antaranya dan ufuk masih ada kegelapan, fajar pertama ada hukum syar’i tidak boleh salat shubuh dan tidak diharamkan makan sahur bagi seorang yang berpuasa berbeda dengan fajar yang kedua.”

โœ’(Syaikh Al-‘Utsaimin).

Soal:
53. Apakah yang dimaksud dengan benang putih dari benang hitam?

Jawab:

๐ŸŒพ”Dari Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda:

(( ุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุณูŽูˆูŽุงุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ูˆูŽุจูŽูŠูŽุงุถู ุงู„ู†ู‘ูŽู‡ูŽุงุฑู )).

” Yang dimaksud dengan benang hitam ialah gelapnya malam, dan (benang putih) adalah terbitnya fajar sadik.”

๐Ÿ“šHR. Bukhori Muslim.

Soal:
54. Apakah hukum menahan sebagian dari malam sebagai bentuk kehati-hatian (waktu imsak)?

Jawab:

๐Ÿƒ”Tidak disyariatkan yang demikian itu, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

( ูˆูŽูƒูู„ููˆุง ูˆูŽุงุดู’ุฑูŽุจููˆุง ุญูŽุชู‘ูŽู‰ูฐ ูŠูŽุชูŽุจูŽูŠู‘ูŽู†ูŽ ู„ูŽูƒูู…ู ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุทู ุงู„ู’ุฃูŽุจู’ูŠูŽุถู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุทู ุงู„ู’ุฃูŽุณู’ูˆูŽุฏู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ููŽุฌู’ุฑูŽ ) ุงู„ุจู‚ุฑุฉ (187)

“Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 187)

Allah Ta’ala membolehkan makan dan minum sampai jelas fajar sadik.

Dan juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

(( ูƒูู„ููˆุง ูˆูŽุงุดู’ุฑูŽุจููˆุง ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ูŠูุคูŽุฐู‘ูู†ูŽ ุงุจู’ู†ู ุฃูู…ู‘ู ู…ูŽูƒู’ุชููˆู…ู ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽุง ูŠูุคูŽุฐู‘ูู†ู ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ูŠูŽุทู’ู„ูุนูŽ ุงู„ู’ููŽุฌู’ุฑู )).

“Makan dan minumlah kalian hingga Ibnu Ummu Maktum melakukan adzan, karena dia tidak melakukan adzan kecuali sudah terbit fajar (shodiq).”

๐Ÿ“šHR. Bukhori dan Muslim.

Sungguh telah diperbolehkan makan dan minum sampai Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan shubuh.”

Soal:
55. Bagaimana hukum mendahulukan azan shubuh sebagai bentuk kehati-hatian dalam puasa?

Jawab:

๐Ÿ’ฅ”Termasuk bid’ah yang mungkar, apa yang dilakukan pada zaman ini yaitu melakukan azan kedua sebelum fajar sadik (waktu shubuh) sekitar 20 menit di bulan Ramadan, dan mematikan lampu yang dijadikan sebagai tanda tidak diperbolehkan makan dan minum atas orang yang hendak berpuasa, dengan anggapan orang yang melakukannya sebagai bentuk kehati-hatian dalam ibadah dan tidaklah mengetahui yang demikian itu melainkan beberapa orang saja, sungguh ini telah membawa mereka yang demikian itu, tidaklah mereka melakukan azan maghrib melainkan setelah tenggelam beberapa derajat untuk menguatkan waktu tenggelam sebagaimana yang mereka sangka, sehingga mereka mengakhirkan berbuka dan telah menyelisihi sunnah; oleh karena itu sedikit kebaikan dari mereka, dan banyak pada mereka keburukan, Allahlah Maha Penolong.”

โœ’(Imam Ibnu Hajar).

Soal:
56. Apakah boleh seorang yang berpuasa makan dan minum pada saat azan shubuh?

Jawab :

๐ŸŒป”Seorang yang telah terbit fajar sadik dan di mulutnya ada makanan, maka boleh baginya menelannya dan menyempurnakan puasanya, apabila dia menelannya setelah pengetahuannya dengan azan shubuh maka batal puasanya, dan ini tidak ada perselisihan Ulama di dalamnya, dalilnya hadits Ibnu Umar dan Aisyah radhiyallahu ‘anhum bahwa Rasulullah โ€Ž๏ทบ bersabda:

ุนูŽู†ู’ ูุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ ุจูู† ุนูู…ูŽุฑูŽูู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู‚ูŽุงู„:((ูŽ ุฅูู†ู‘ูŽ ุจูู„ูŽุงู„ู‹ุง ูŠูุคูŽุฐู‘ูู†ู ุจูู„ูŽูŠู’ู„ู ููŽูƒูู„ููˆุง ูˆูŽุงุดู’ุฑูŽุจููˆุง ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ูŠูู†ูŽุงุฏููŠูŽ ุงุจู’ู†ู ุฃูู…ู‘ู ู…ูŽูƒู’ุชููˆู… )).

Dari ‘Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya Bilal mengumandangkan adzan saat masih malam, maka makan dan minumlah sampai kalian mendengar azan Ibnu Ummi Maktum.”

๐Ÿ“šHR.Bukhori dan Muslim.

Dan banyak hadits shohih semaknanya.”

โœ’(Imam An-Nawawy).

๐ŸŒฟ”Apabila muazin mengumandangkan azan shubuh, maka wajib bagi seorang yang berpuasa menahan diri dari makan dan minum ketika mendengar azan, adapun apabila muazin mengumandangkan azan sesuai waktu ilmu hisab sebagaimana yang dilakukan sekarang ini; maka yang lebih hati-hati bagi seorang yang berpuasa untuk menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi bila dia masih makan dan minum sampai selesai azan, kita tidak perintahkan dia untuk mengulang (mengganti) puasanya, karena kita belum yakin bahwa azan shubuh telah terbit.”

โœ’(Syaikh Al-Utsaimin).

Soal:
57. Muazin telah mengumandangkan azan sedangkan bejana (gelas) berada di tangan seorang yang melakukan sahur, apa yang dia lakukan?

๐Ÿƒ”Datang hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah โ€Ž๏ทบ bersabda:

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ:(( ุฅูุฐูŽุง ุณูŽู…ูุนูŽ ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ุงู„ู†ู‘ูุฏูŽุงุกูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุฅูู†ูŽุงุกู ุนูŽู„ูŽู‰ ูŠูŽุฏูู‡ู ููŽู„ูŽุง ูŠูŽุถูŽุนู’ู‡ู ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ูŠูŽู‚ู’ุถููŠูŽ ุญูŽุงุฌูŽุชูŽู‡ู ู…ูู†ู’ู‡ู )).

Dari Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila salah seorang diantara kalian mendengar adzan, sedangkan bejana (makanan) masih ada di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya hingga ia menyelesaikan hajatnya (sahurnya).”

๐Ÿ“šHR. Imam Abu Dawud dan Ahmad.

๐ŸHisyam bin Urwah berkata:

‘Dahulu ayahku berfatwa dengan hadits ini.’

๐ŸŒทImam Al-Albany rahimahullah berkata:

“Dalam hadits ini terkandung dalil bahwa seorang yang terbit padanya fajar sadik sedangkan bejana makanan atau minuman berada di tangannya, boleh baginya untuk tidak meletakkannya sampai dia ambil kebutuhannya, maka ini keadaan yang diperkecualikan dari ayat dalam firman Allah Ta’ala:

( ูˆูŽูƒูู„ููˆุง ูˆูŽุงุดู’ุฑูŽุจููˆุง ุญูŽุชู‘ูŽู‰ูฐ ูŠูŽุชูŽุจูŽูŠู‘ูŽู†ูŽ ู„ูŽูƒูู…ู ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุทู ุงู„ู’ุฃูŽุจู’ูŠูŽุถู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุทู ุงู„ู’ุฃูŽุณู’ูˆูŽุฏู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ููŽุฌู’ุฑูŽ ). ุงู„ุจู‚ุฑุฉ (187)

“Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 187)

๐ŸSyaikh Al-Utsaimin rahimahullah berkata:

“Kapan telah jelas terbitnya fajar sadik, wajib baginya menahan dari makan dan minum, akan tetapi diberikan keringanan bagi seorang yang bejana berada di tangannya untuk menyelesaikan kebutuhannya, atau satu suapan di tangannya untuk menyelesaikannya, adapun memulai (makan dan minum) setelah jelas azan shubuh maka tidak boleh.”

Soal:
58. Kapan seorang yang berpuasa boleh berbuka?

Jawab:

๐ŸŒฟ”Ulama telah sepakat bahwa seorang yang berpuasa boleh berbuka apabila telah yakin akan tenggelamnya matahari (1) karena firman Allah Ta’ala:

โ€…(โ€…ุซูู…ู‘ูŽ ุฃูŽุชูู…ู‘ููˆุง ุงู„ุตู‘ููŠูŽุง ู…ูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู‘ูŽูŠู’ู„ูโ€…).โ€…

“Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 187).

Dan juga hadits Umar bi Khaththab radhiyallahu ‘anhu:

ุนูŽู†ู’ ุนูู…ูŽุฑูŽ ุจู’ู†ู ุงู„ู’ุฎูŽุทู‘ูŽุงุจู ูุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ : (( ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽู‚ู’ุจูŽู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ู…ูู†ู’ ู‡ูŽุง ู‡ูู†ูŽุง ูˆูŽุฃูŽุฏู’ุจูŽุฑูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽู‡ูŽุงุฑู ู…ูู†ู’ ู‡ูŽุง ู‡ูู†ูŽุง ูˆูŽุบูŽุฑูŽุจูŽุชู’ ุงู„ุดู‘ูŽู…ู’ุณู ููŽู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽูู’ุทูŽุฑูŽ ุงู„ุตู‘ูŽุงุฆูู…ู )).

Dari Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika malam telah datang dari sana dan siang telah berlalu dari sana serta matahari telah tenggelam, maka orang yang berpuasa sudah boleh berbuka.”

๐Ÿ“šHR. Bukhori Muslim.


(1). “Ulama telah sepakat bahwa waktu berbuka ketika telah terwujud tenggelamnya matahari dengan melihatnya atau pengabaran dua orang adil, begitu juga seorang adil menurut pendapat yang kuat.”

๐Ÿ“š Fathul Baary karya Imam Ibnu Hajar.

Soal:
59. Apabila seorang yang berpuasa di suatu lembah, tidak memungkinkan melihat tenggelamnya matahari, maka apa yang dijadikan pegangan?

Jawab:

๐Ÿ€”Rasulullah โ€Ž๏ทบ bersabda:

ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ : (( ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽู‚ู’ุจูŽู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ูˆูŽุฃูŽุฏู’ุจูŽุฑูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽู‡ูŽุงุฑู ูˆูŽุบูŽุฑูŽุจูŽุชู’ ุงู„ุดู‘ูŽู…ู’ุณ )).

“Jika malam telah datang dan siang telah berlalu serta matahari telah tenggelam.”

Ulama telah berkata:
‘Satu tanda dari tiga ini mengandung dua yang lainnya dan melazimkan (mengharuskan) keduanya, hanyasaja dikumpukan di antaranya (ketiga tanda ini) kadang terjadi ketika di suatu lembah di mana tidak bisa menyaksikan tenggelamnya matahari, maka datangnya malam dan hilangnya cahaya siang dijadikan sebagai pegangan.”

โœ’(Imam An Nawawy).

Soal:
60. Apabila telah tenggelam matahari sedangkan belum dikumandangkan azan Maghrib, bolehkah berbuka?

Jawab:

๐Ÿ”Apabila telah terwujud bagi seorang yang berpuasa tenggelamnya matahari dan datangnya malam maka telah halal (boleh) baginya berbuka, Allah Ta’ala berfirman:

โ€…(โ€…ุซูู…ู‘ูŽ ุฃูŽุชูู…ู‘ููˆุง ุงู„ุตู‘ููŠูŽุงู…ูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู‘ูŽูŠู’ู„ูโ€…).โ€…

“Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam.”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 187).

Dan Rasulullah โ€Ž๏ทบ bersabda:

ุนูŽู†ู’ ุนูู…ูŽุฑูŽ ุจู’ู†ู ุงู„ู’ุฎูŽุทู‘ูŽุงุจู ูุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ : (( ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽู‚ู’ุจูŽู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ู…ูู†ู’ ู‡ูŽุง ู‡ูู†ูŽุง ูˆูŽุฃูŽุฏู’ุจูŽุฑูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽู‡ูŽุงุฑู ู…ูู†ู’ ู‡ูŽุง ู‡ูู†ูŽุง ูˆูŽุบูŽุฑูŽุจูŽุชู’ ุงู„ุดู‘ูŽู…ู’ุณู ููŽู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽูู’ุทูŽุฑูŽ ุงู„ุตู‘ูŽุงุฆูู…ู )).

Dari Umar bin Al Khaththab radliallahu ‘anhu berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika malam telah datang dari sana dan siang telah berlalu dari sana serta matahari telah tenggelam, maka orang yang berpuasa sudah boleh berbuka .”

๐Ÿ“šHR. Bukhori Muslim.

Oleh karena itu, diketahui bahwa tidaklah dianggap penanggalan (waktu berbuka) yang menyelisihi demikian itu, sebagaimana tidak disyaratkan mendengar azan setelah benar terwujud tenggelamnya matahari.”

โœ’(Lajnah Ad Daimah [Majelis Ulama Saudi Arabia ]).