Hikmah Disyariatkan I’tikaf

💥Hikmah Disyariatkan I’tikaf💥

🌻Ibnul Qayyim (wafat: 751) rahimahullah berkata:

“Tujuan dan intinya adalah mempersembahkan hati untuk Allah Ta’ala dan menyatukannya untuk-Nya, beribadah kepada-Nya, dan memutus dari kesibukan dengan makhluk, dan semata sibuk dengan-Nya, di mana dia jadikan untuk ingat kepada-Nya dan cinta kepada-Nya, menghadapkan dirinya untuk-Nya di saat kesedihan hati dan angan-angan kosong dalam pikirannya, sehingga menguasainya penggantinya (yaitu cinta dan ingat kepada-Nya), maka semua kesedihan berubah menjadi kesenangan dengan beribadah kepada-Nya, dan angan-angan kosong semuanya berubah menjadi untuk mengingat-Nya, dan dia memikirkan dalam menggapai keridaan-Nya dan apa yang mendekatkan kepada-Nya, maka menjadilah kesenangannya dengan Allahﷻ sebagai ganti kesenangannya dengan makhluk, maka dia sedang menyiapkan bekal yang demikian itu, karena sungguh dia akan menjumpai suatu hari terasa sunyi (kesedihan) di alam kubur, ketika tidak ada keramahan baginya, dan tidak pula apa yang menggembirakannya selain (ketika seorang memiliki bekal amalan ibadah maka itu yang akan menemani dalam kuburnya), maka ini adalah maksud agung dari I’tikaf. Dan tatkala tujuan ini hanya saja akan sempurna bersama dengan puasa. Oleh karena ini, disyariatkanlah i’tikaf pada paling utamanya hari berpuasa yaitu sepuluh hari akhir Ramadan.”

📚 Zaadul Ma’aad (2/82-83).

💐Faedah Pelajaran Dhuhur, Darul Hadits Mabar Yaman, Kamis, 20 Ramadan 1443H.

✒Muntaqo Al Fawaid
📱https://t.me/abuzurahwiwitwahyu
🌐https://abuzurahwiwitwahyu.my.id/