🌻Abu Hazim Salman Al-Asyja’i (wafat 100H) rahimahullah bercerita:
“Sulaiman bin Yasar (wafat 107H) melakukan safar dari Madinah bersama temannya, hingga mereka sampai di kota Al Abwa` lalu mereka singgah, lalu temannya berdiri mengambil sufroh (semisal alas yang digunakan untuk makan dan membawa perbekalan musafir), lalu dia pergi ke pasar untuk membeli makan untuk mereka, duduklah Sulaiman di tenda, dan dia adalah seorang yang sangat tampan wajahnya dan seorang yang sangat wara’. Kemudian ada seorang wanita desa yang melihatnya dari puncak gunung, sedangkan dia berada di tendanya. Tatkala dia melihat kebagusan dan ketampanannya, turunlah dia dari kemah, ada padanya burqu’ (cadar kecil) dan kaus tangan, lalu dia berdiri di hadapan Sulaiman, lalu dia buka cadarnya dan melihat wajahnya seakan-akan seperti potongan bulan, lalu dia (wanita) ini berkata: “Maukah engkau memberiku?”,
Sulaiman menyangka bahwa dia ingin minta makanan, lalu berdiri untuk mengambil makanan yang tersisa di sufroh untuk diberikan kepadanya, lalu wanita ini berkata: “Aku tidak ingin ini, hanya saja aku ingin apa yang dilakukan seorang suami kepada istrinya (ingin supaya Sulaiman berhubungan badan dengannya),
serentak Sulaiman berkata:
“Iblis telah mengutusmu kepadaku?!”, lalu Sulaiman meletakkan kepalanya di antara lengan bajunya, lalu mulailah dia menangis sejadi-jadinya, terus-menerus menangis. Maka tatkala wanita itu melihatnya demikian itu, lalu dia turunkan cadarnya ke mukanya dan mengayunkan kakinya hingga kembali ke kemahnya, lalu datanglah temannya, dan telah membeli untuk mereka apa yang akan menemani mereka (perbekalan dan makanan), lalu tatkala temannya ini melihat kedua mata Sulaiman bengkak disebabkan menangis, suaranya serak, dia bertanya kepada Sulaiman: “Apa yang membuatmu menangis?”, Sulaiman berkata: “Baik-baik saja, aku ingat anak perempuanku”, Temannya berkata: “Tidak mungkin, pasti kamu ada kisah, hanya saja kamu berpisah dengan anak perempuanmu baru tiga hari atau semisalnya”, temannya terus-menerus bertanya kepada Sulaiman hingga Sulaiman mengabarkan kepadanya tentang wanita desa yang mendatanginya, lalu temannya ini meletakkan sufroh dan mulailah menangis sejadi-jadinya, Sulaiman berkata kepadanya: “Apa yang membuatmu menangis?”, Temannya berkata: “Aku yang lebih layak untuk menangis darimu”,
Sulaiman bertanya: “Kenapa begitu?”, Temannya berkata: “Karena aku khawatir, seandainya aku di posisimu, aku tidak akan sabar menghadapi godaan itu”,
Keduanya masih terus-menerus menangis.”
📚Hilyatul Auliyaawa Thobaqotul Ashfiyaa
(2/191) karya Imam Abu Nu’aim Al-Ashbahaniy (wafat 430 H).
🍀Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah berkata:
“Wahai penuntut ilmu, lihatlah seorang berilmu yang mengamalkan ilmunya, seorang yang senantiasa merasa dalam pengawasan Allah, baik tatkala di kerumunan orang dan ketika bersendiri, beginilah hamba Allah yang bertakwa, seorang mukmin yang shalih.
Waspadalah dari maksiat yang menyebar melalui HP layar sentuh, melihat sesuatu yang diharamkan, menyendiri dari orang-orang, takut diketahui oleh manusia, seakan-akan Allahﷻ tidak melihatnya, sampai di sinikah ilmumu?! Dia lah yang akan menyingkap apa yang engkau sembunyikan dari perbuatan maksiat, baik di dunia atau di akhirat.”
💐 Faedah Pelajaran Shahih Muslim, Darul Hadits Mabar Yaman,
Ahad, 4 Rabii’ul Awwal 1443H.
✒Muntaqo Al Fawaid
https://t.me/abuzurahwiwitwahyu
https://abuzurahwiwitwahyu.my.id/