Risalah Ketiga Puluh Sembilan – Bab Seputar Penjelasan Tentang Salat Tarawih

🌹Risalah Ketiga Puluh Sembilan🌹

🌷Bab Seputar Penjelasan Tentang Salat Tarawih🌷

Soal:

  1. Apakah dia (imam) menyusahkan dirinya untuk menangis ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an? Jawab :

🍁”Yang tampak bahwa tidak perlu menyusahkan dirinya untuk menangis, bahkan apabila menangis berusaha untuk tidak mengganggu orang, bahkan tangisannya itu tangisan yang ringan dan tidak mengganggu seorangpun, sesuai kemampuan dan kemungkinannya.”

✒(Syaikh Ibnu Baz).

Soal:

  1. Apabila imam salat Tarawih ada 2 orang, kemudian aku salat di belakang imam yang pertama sampai selesai setelah itu aku pulang, apakah ditulis untukku salat semalam penuh? Jawab:

🌻”Berbilangnya imam pada satu tempat menjadikan hal itu seakan -akan dua imam itu adalah imam yang satu, seolah-olah imam yang kedua pengganti yang pertama dalam salat yang terakhir,

Yang aku pandang dalam masalah ini agar seorang itu menjaga salat bersama imam yang pertama dan imam yang kedua, agar tercakup padanya dalam sabda Rasulullah ‎ﷺ :

(( مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَة )).

“Sesungguhnya apabila seseorang melaksanakan salat malam bersama imam hingga selesai, maka akan dicatat baginya shalat satu malam penuh.”

✒(Syaikh Al-‘Utsaimin).

🍀”Yang dimaksud dengan selesainya imam yaitu selesainya para jamaah dari salat dan berpisahnya mereka ke rumah -rumah mereka, dan bukan seperti sangkaan sebagian orang bahwa jika imam dua orang, yang pertama salat 5 salam dan yang kedua 5 kali salam, maka bila imam pertama selesai dia pulang, dan dia berkata : ‘bahwa dia telah salat bersama imam yang pertama sampai selesai’; karena imam yang pertama belum selesai akan tetapi berpindah keadaannya dari imam menjadi makmum, dan orang lain menggantikannya sebagai imam di sisa rakaat.”

✒(Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad).

Soal:

  1. Aku salat di masjid yang jauh dari masjid yang dekat denganku karena imamnya bersuara indah dan aku terkesan dengan bacaannya, apakah ini boleh bagiku? Jawab:

🌺”Boleh bagi seseorang salat di masjid di mana saja yang dia kehendaki, terutama bila imamnya mempunyai bacaan bagus yang membantu kekhusyukan dalam salat.”

✒(Lajnah Ad Daimah [Majelis Ulama Saudi Arabia]).

🌾”Apabila maksud perginya ke masjid yang jauh mendengarkan bacaannya karena indah suaranya dan bisa mengambil faedah dari itu dan menjadikannya khusyuk dalam salatnya bukan sekedar mengikuti hawa nafsu dan jalan-jalan, bahkan maksudnya adalah faedah, ilmu dan khusyuk dalam salat maka tidak mengapa dengan hal itu.”

✒( Syaikh Ibnu Baz).

🌷”Tidak mengapa bagi seseorang untuk pergi ke masjid yang lain selain masjid kampungnya. Akan tetapi yang utama dia tetap di masjid kampungnya karena hal itu untuk memberikan semangat orang-orang di kampungnya jika bergabung sebagian orang atas sebagian yang lain, dan mengetahui sebagian orang atas sebagian yang lain. Apabila saling meninggalkan dan pergi ke masjid lain, bisa jadi tidak ada yang bersama Imam seorangpun dan dia pun(imam) keluar, ini yang paling utama. Akan tetapi kami tidak mengharamkan seorang pergi ke masjid yang imamnya lebih bagus suara dan bacaannya.”

✒(Syaikh Al-‘Utsaimin).

Soal:

  1. Seorang yang salat di masjid-masjid yang pelaksananya (imam-imamnya) tidak memperhatikan Sunnah dengan alasan bahwa suara (imam-imam) mereka bagus? Jawab :

🌳”Memilih masjid yang ditegakkan di dalamnya Sunnah dan imamnya bersuara indah adalah perkara baik.

➡ Adapun memilih masjid yang pelaksananya (imamnya) tidak perhatian terhadap Sunnah sekalipun suaranya bagus maka sepantasnya tidak memilihnya, lalu bagaimana dengan orang yang yang mengikuti suara saja?!, dan mencari-cari seperti ini bukanlah dari petunjuk Rasulullah ‎ﷺ tidak pula dari Salaf dan orang yang mengikuti mereka dengan baik Radhiyallahu ‘anhum.”

✒(Syaikh Muhammad Al-Imam).

Soal:

  1. Aku terluput rakaat dari salat Tarawih, apakah aku ganti setelah salat Witir? Jawab :

🌿”Jangan engkau ganti yang luput darimu setelah witir, akan tetapi jika engkau ingin menggantinya apa yang terluput darimu, genapkanlah witirmu yang bersama imam kemudian salatlah apa yang terluput darimu setelah itu salat witirlah.”

✒(Syaikh Al-‘Utsaimin).

Soal:

  1. Apakah disyariatkan menghatamkan Al-Qur’an semuanya dalam salat Tarawih? Jawab :

🍃”Salat Tarawih adalah sunnah muakkad (yang ditekankan), disyariatkan tumakninah dalam bacaan, berdiri, rukuk, sujud dan rukun-rukun yang lain. Dan bukanlah menjadi suatu kewajiban untuk mengkhatamkan Al-Qur’an seluruhnya dalam salat Tarawih.”

✒(Lajnah Ad Daimah [Majelis Ulama Saudi Arabia]).

Soal:

  1. Apabila aku menjadi imam Salat Tarawih, apakah aku harus membaca surat secara berurutan atau tidak? Jawab :

🌼”Yang disyariatkan bagi Imam memperdengarkan makmum seluruh Al-Qur’an dalam salat Tarawih bila mereka mampu hal itu. Maka imam membaca di setiap malam ayat-ayat dan surat-surat yang berikutnya yang dia baca malam sebelumnya, sampai jamaah yang di belakangnya mendengarkan seluruh kitab Rabb mereka (Al-Qur’an) secara berurutan sesuai dengan urutan yang ada di mushaf, jika hal itu tidak memberatkan mereka , dengan memperhatikan tartil, khusyuk dan tumakninah.”

✒(Syaikh Ibnu Baz).

Soal:

  1. Apabila imam telah mengkhatamkan mushaf sebelum selesai Ramadan, apakah di mulai dari awal lagi? Jawab :

🌱”Apabila imam mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadan pada malam ke 20 atau sebelumnya atau sesudahnya maka baginya memulai bacaan dari awal mushaf, tetapi bila dia membaca apa yang mudah baginya dari surat -surat secara terpisah maka tidak mengapa dengan hal tersebut.”

✒(Lajnah Ad Daimah [Majelis Ulama Saudi Arabia]).

Soal:

  1. Apa bedanya antara salat Tarawih, salat malam dan Tahajjud? Jawab:

🌰”Salat pada malam hari dinamakan Tahajjud dan dinamakan salat malam, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

{ وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ }. 

“Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu.”(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 79)

Firman-Nya juga :

{ يٰۤأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ }

“Wahai orang yang berselimut (Muhammad)!”(QS. Al-Muzzammil 73: Ayat 1)

{ قُمِ الَّيْلَ إِِلَّا قَلِيْلًا }

“Bangunlah (untuk salat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil.” (QS. Al-Muzzammil 73: Ayat 2).

Allah Ta’ala berfirman dalam surat adz-Dzariyat tentang hamba-hambanya yang bertakwa:

{ اٰخِذِيْنَ مَاۤ اٰتٰٮهُمْ رَبُّهُمْ ۗ إِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذٰلِكَ مُحْسِنِيْن }. 

“Mereka mengambil apa yang diberikan Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Adz-Dzariyat 51: Ayat 16)

{ كَا نُوْا قَلِيْلًا مِّنَ الَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ}

“Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam.”(QS. Adz-Dzariyat 51: Ayat 17)

Adapun menurut Ulama, salat Tarawih dimutlakkan pada salat malam di bulan Ramadan di awal malamnya, dengan meringankan dan tidak memanjangkannya, dan boleh juga menamakannya tahajjud, salat malam, tidak ada perbedaan dalam hal itu. Wallahu Al Muwaffiq.”

✒(Syaikh Ibnu Baz).

Soal:

  1. Apakah hukum salat Tahajjud di akhir malam di bulan Ramadhan? Jawab :

🌴”Salat Tahajjud di bulan Ramadan adalah amalan yang baik. Dan Nabi ‎ﷺ dahulu menghidupkan 10 malam terakhir Ramadan, dan mengkhususkannya dengan sesuatu yang tidak dikhususkan di malam-malam selainnya, akan tetapi disyariatkan bagi imam agar selesai salat Tahajjud sebelum fajar (waktu Subuh) dengan jeda waktu yang cukup untuk makan sahur.”

✒(Lajnah Ad Daimah [Majelis Ulama Saudi Arabia]).

Soal

  1. Apakah di sana ada penghalang, salat Tarawih sebagiannya di awal malam dan sebagian lagi di akhir malam pada 10 malam terakhir Ramadan? Jawab :

🍁”Tidak mengapa untuk menambah rakaat dari bilangannya di 10 malam terakhir dari 20 hari yang pertama dan membaginya menjadi dua, bagian pertama dikerjakan salat di awal malam dan meringankannya atas dasar bahwa itu adalah salat Tarawih dan bagian yang lain dikerjakan salat di akhir malam dan dipanjangkannya atas dasar bahwa itu salat Tahajjud. Sungguh dahulu Nabi ‎ﷺ bersungguh-sungguh di 10 malam terakhir yang Beliau ‎ﷺ tidak bersungguh-sungguh lebih pada selainnya.Dan dahulu Beliau ‎ﷺ apabila masuk 10 malam terakhir, begadang, mengikat sarungnya (kiasan dari bersungguh-sungguh) dan menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya; dikarenakan mencari Lailatul Qadar.”

✒(Lajnah Ad Daimah [Majelis Ulama Saudi Arabia]).

Risalah Ketiga Puluh Tujuh – Bab seputar penjelasan tentang salat Tarawih

[10:06, 3/12/2022] Ustad Abu Zur’ah Atau Wiwid: 🌹Risalah Ketiga Puluh Tujuh🌹

🌷Bab seputar penjelasan tentang salat Tarawih🌷

Soal:

  1. Apakah disyariatkan membaca doa Istiftah pada setiap 2 rakaat dari salat Tarawih? Jawab:

🍁”Disyariatkan membaca doa Istiftah pada rakaat pertama di setiap 2 rakaat, seperti dalam salat fardhu, dikarenakan Rasulullah ‎ﷺ membaca doa istiftah pada salat malam, sedangkan salat malam adalah salat sunnah, dan karena pada asalnya sama antara salat Sunnah dan Fardhu kecuali yang dikhususkan dengan dalil, akan tetapi apabila imam sudah memulai dengan bacaan jahriyah (dikeraskan) sebelum makmum membaca bacaan istiftah, maka wajib bagi makmum untuk diam dan gugur atasnya bacaan istiftah; dikarenakan keumuman firman Allah Ta’ala:

{ وَإذَا قُرِئَ الْقُرْاٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ وَأَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ }.

“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 204)

Dan sabda Nabi ‎ﷺ :

(( وَإِذَا قَرَأَ فَأَنصِتُوا )).

“Apabila dia (imam) membaca maka diamlah.”

✒(Lajnah Ad Daimah [Majelis Ulama Saudi Arabia]).

Soal:

  1. Berapa rakaat salat malam yang paling utama? Jawab :

🌻”Yang utama adalah yang dahulu sering dikerjakan oleh Nabi ‎ﷺ, yaitu 8 rakaat dan salam di setiap 2 rakaat, dan witir 3 rakaat dengan khusyuk, tumakninah dan tartil dalam membaca Al-Qur’an.”

✒(Imam Ibnu Baz).

🌿”Kita katakan : ‘Salatlah sekehendakmu selama jamaah masjid telah ridha (menerima) dengan hal itu, dan tidak ada seorang pun yang mengingkari.’

➡ Adapun apabila orang-orang berselisih, maka kembali kepada Sunnah lebih utama. Dan Sunnah tidak lebih dari 13 rakaat,

▶ Adapun tanpa adanya perbedaan antara jamaah atau mereka setuju maka salat 23 rakaat atau lebih, selama mereka tidak mengatakan: ‘Ringankahlah (salat).’ Apabila mereka mengatakan: ‘ringankahlah’, maka tidak boleh menambah lebih dari 11atau 13 rakaat.”

✒(Syaikh Al-‘Utsaimin ).

Soal:

  1. Bolehkah menambah salat malam lebih dari 11 rakaat? Jawab:

🍀”Tidak mengapa menambah lebih dari itu; dikarenakan Rasulullah ‎ﷺ tidak membatasi jumlah rakaat dalam salat malam. Dalilnya adalah:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ اللَّيْلِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ عَلَيْهِ السَّلَام صَلَاةُ اللَّيْلِ:(( مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمْ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى )).

Dari Ibnu ‘Umar, bahwa ada seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang salat malam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Salat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jika salah seorang dari kalian khawatir akan masuk waktu subuh, hendaklah ia salat satu rakaat sebagai witir (penutup) bagi salat yang telah dilaksanakan sebelumnya.”

📚HR. Bukhori dan Muslim.

➡ Beliau ‎ﷺ tidak membatasi 11 rakaat atau bilangan yang lainnya. Ini menunjukkan luasnya (bolehnya) pada salat malam pada bulan Ramadan dan selainnya.”

✒(Lajnah Ad Daimah [Majelis Ulama Saudi Arabia]).

Soal:

  1. Apa yang sepantasnya bagi orang yang mencukupkan 11 rakaat pada salat malam? Jawab:

🌺”Telah sepakat Ulama bahwasanya tidak ada batasan dan tidak ada ukuran pada salat malam, salat malam hukumnya Sunnah. Barang siapa yang berkehendak, maka dia memanjangkan salat malam atau menyedikitkan rakaat-rakaatnya. Dan barang siapa yang berkehendak memperpanjang rukuk dan sujud.”

✒(Imam Ibnu Abdil Bar).

🍀”Kaidah di sisi Ulama dalam hal tersebut bahwasanya dahulu mereka apabila memanjangkan bacaan mempersedikitkan jumlah rakaat. Dan apabila mereka memendekkan bacaan, maka menambah bilangan rakaat.”

✒(Al-Hafizh Ibnu Hajar).

Soal:

  1. Bagaimana pendapatmu terhadap orang yang salat bersama imam yang salatnya 23 rakaat, orang tersebut salat bersama imam 11 rakaat ke…
    [10:07, 3/12/2022] Ustad Abu Zur’ah Atau Wiwid: 🌹Risalah Ketiga Puluh Delapan🌹

🌷Bab Seputar Penjelasan Tentang Salat Tarawih🌷

Soal:

  1. Apakah hukum seorang imam membaca mushaf Al-Qur’an dalam salat Tarawih? Jawab:

🌷”Membaca dengan melihat mushaf Al-Qur’an pada salat Tarawih tidak mengapa dengannya, apabila imam tidak hafal, sungguh hal itu telah datang keterangan dari sebagian Salaf.”

✒(Lajnah Ad Daimah [Majelis Ulama Saudi Arabia]).

🌿”Barang siapa yang hafal banyak dari Al-Qur’an, maka tidak sepantasnya dia melihat mushaf, karena melihat Al-Qur’an akan membuat sibuk dan menyibukkan yaitu: membawa, membuka dan menurunkannya, dan tidak memungkinkan bagi seseorang meletakkan kedua tangannya di atas dadanya yang itu adalah sunnah dalam salat.

➡ Akan tetapi apabila seseorang terpaksa kepada hal itu (melihat mushaf dalam salat) karena dia sebagai imam dan mengimami manusia salat tarawih, dia tidak hafal Al Qur’an, maka boleh baginya membaca dari mushaf.”

✒(Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad).

Soal:

  1. Apakah hukum membawa mushaf dari sisi makmum untuk mengikuti bacaan imam dalam salat tarawih ? Jawab:

🍃”Membawa Al-Qur’an untuk tujuan ini menyelisihi sunnah dari beberapa sisi :
1). Seseorang akan luput untuk meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya ketika berdiri.
2). Mengantarkan kepada gerakan-gerakan yang banyak yang tidak diperlukan yaitu membuka mushaf, menutupnya, meletakkannya di ketiak, di saku dan selainnya.
3). Sesungguhnya itu pada hakikatnya menyibukkan orang yang salat.
4). Orang yang salat terluput dari melihat ke arah tempat sujud. Kebanyakan Ulama memandang bahwa melihat ke tempat sujud adalah sunnah yang di utamakan.
5). Orang yang melakukan hal tersebut, bisa jadi lupa bahwa dia dalam keadaan salat, jika dia tidak menghadirkan hatinya kalau dia sesungguhnya sedang salat. Berbeda dengan orang yang khusyuk dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya, menundukkan kepalanya ke arah sujud, maka dia akan lebih dekat untuk menghadirkan hati bahwa dia dalam keadaan salat di belakang imam.”

✒(Syaikh Al-‘Utsaimin).

Soal:

  1. Hukum salah seorang makmum membawa mushaf untuk membenarkan bacaan imam jika keliru pada salat Tarawih? Jawab:

🌿”Apabila seorang makmum membawa mushaf dan membukanya untuk imam karena adanya keperluan, barangkali ini tidak mengapa, adapun apabila setiap orang memegang Al-Qur’an, maka ini menyelisihi sunnah.”

✒(Syaikh Ibnu Baz).

Soal:

  1. Seorang imam terlalu cepat dalam salat Tarawihnya sampai hampir-hampir makmum tidak dapat menyempurnakan bacaan Al-Fatihah, apakah yang harus kita lakukan? Jawab:

🍂”Disyariatkan baginya untuk mencari imam lain, yang membaca Al-Qur’an dengan tartil dan tumakninah dalam salat, apabila itu tidak mudah baginya, maka dia salat tarawih sendirian di rumahnya, sepantasnya bagi sesepuh (orang yang dihormati) dari makmum (jamaah) untuk menasihati imam ini sampai dia membaca dengan tartil dan tumakninah; dikarenakan Rasulullah ‎ﷺ bersabda:

(( الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ )).

“Agama itu adalah nasihat.”

✒(Lajnah Ad Daimah [Majelis Ulama Saudi Arabia]).

Soal:

  1. Bagaimana hukum seorang imam yang mencukupkan bacaannya dalam salat Tarawih dengan membaca seayat atau dua ayat dari surat Al-Baqarah sebagai misal? Jawab:

🌺”Yang disyariatkan bagi imam salat Tarawih adalah memanjangkan bacaannya yang tidak memberatkan bagi makmum, dan kalau tidak, hendaklah dia membaca sejumlah ayat dalam satu rakaat. Adapun memperpendek bacaan setiap rakaat dengan membaca satu atau dua ayat, maka hendaklah ini yang utama adalah ditinggalkan; dikarenakan ini menjadikan makmum luput dari mendengarkan bacaan Al-Qur’an yang panjang dan menjadi sebab terhalanginya mereka dari pahala dan ganjaran. Dan bagi imam masjid agar bertakwa kepada Allah Ta’ala dalam salat mereka, dan menjadi penasihat bagi saudaranya kaum Muslimin, menyemangati mereka dalam salatnya, bersemangat dalam tersampaikannya kebaikan bagi mereka.”

✒(Lajnah Ad Daimah [Majelis Ulama Saudi Arabia]).

Soal:

  1. Seorang imam mengimami dengan bacaan kurang lebih satu halaman dalam satu rakaat kemudian sebagian makmum merasa keberatan, bagi mereka ini bacaan panjang, apakah imam memperpendek bacaannya? Jawab:

🌾”Bacaan imam ini pada sholat tarawih pada setiap rakaat satu halaman bukanlah terhitung bacaan panjang bahkan bacaan sedang sekalipun tidak mendekati bacaan pendek dan ini mencocoki sebagian besar makmum,
➡ Apabila diperkirakan di sana ada seorang atau dua orang tidak mampu hal itu, perkara dalam salat sunnah luas, walhamdulillah, memungkinkan untuk keduanya salat dalam keadaan duduk, mereka jika salat dalam keadaan duduk karena berat baginya untuk berdiri, maka mereka salat dalam keadaan duduk karena adanya uzur. Barang siapa yang salat duduk karena uzur ditulis baginya pahala salat berdiri, maka aku memandang agar imam meneruskan apa yang dia berjalan di atasnya dari bacaan ini, dan aku tidak memandang bacaan ini terhitung panjang yang terlarang darinya.”

✒(Syaikh Al-‘Utsaimin).

Soal:

  1. Apa hukumnya terus menerus membaca surat Al-A’la, Al Kaafirun dan Al Ikhlas pada salat Witir? Jawab:

🍀”Ini adalah yang lebih utama, mencontoh Nabi ‎ﷺ; karena dahulu Beliau ‎ﷺ membaca surat Al-A’la , Al-Kaafirun dan Al-Ikhlash pada 3 rakaat dalam salat Witir. Akan tetapi bila seseorang terkadang meninggalkannya pada sebagian waktu untuk mengajari manusia bahwa itu bukanlah suatu kewajiban, maka ini tidak mengapa, seperti apa yang dikatakan sebagian generasi Salaf dalam meninggalkan bacaan surat As-Sajdah dan Al-Insan di sebagian waktu pada salat Subuh di hari Jum’at, agar manusia mengetahui bahwa hal itu bukanlah kewajiban.”

✒(Syaikh Ibnu Baz).

Soal:

  1. Apakah hukum seorang imam yang berusaha melembutkan hati-hati manusia dengan terkadang mengubah nada suaranya pada saat bacaan salat tarawih? Jawab:

🌻”Apabila perbuatan ini dalam batasan syariat tanpa berlebihan, maka ini tidak mengapa, tidak berdosa; oleh sebab itu Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Nabi ‎ﷺ : ‘Seandainya aku mengetahui engkau mendengarkan bacaanku akan ku perindah untukmu seindah-indahnya.’

➡Yakni: memperbagus dan menghiasinya, apabila sebagian orang memperbagus suaranya atau membacanya dengan suara yang melembutkan hati-hati, maka aku memandang hal tersebut tidak mengapa. Akan tetapi berlebihan dalam hal ini dalam keadaan tidaklah melewati ayat Al-Qur’an kecuali melakukan seperti ini, aku memandang bahwa ini berlebihan dan tidaklah sepantasnya dilakukan. Wallahua’lam.”

✒(Syaikh Al ‘Utsaimin).

Soal:

  1. Apakah hukum pengulangan imam bacaan pada sebagian ayat rahmat atau azab?
    Jawab:

🌳”Aku tidak mengetahui dalam hal ini adanya larangan untuk menghasung orang agar menadaburi, khusyuk dan mengambil faedah. Sungguh telah diriwayatkan dari Rasulullah ‎ﷺ bahwasanya Beliau mengulang-ulang firman Allah Ta’ala:

{ إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۚ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ }.

“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 118).

Rasulullah ‎ﷺ banyak mengulanginya. Akan tetapi jika dia memandang pengulangan itu menggelisahkan mereka dan terjadi dengan sebab itu suara gaduh dari tangisan, maka meninggalkan mengulang-ulang ayat lebih utama.”

✒(Syaikh Ibnu Baz).

🍁”Mengulang-ulang ini disyariatkan pada salat sunnah terkhusus salat malam, telah datang hal itu hadits-hadits yang tidak selamat dari pembicaraan akan tetapi dari keseluruhan sanadnya menunjukkan atas disyariatkannya hal itu.

Sungguh telah datang hadits riwayat Ibnu Majah dan dihasankan Syaikh Al-Albany dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi ‎ﷺ salat malam dengan membaca ayat dan mengulang-ulanginya sampai menjelang subuh. Dan asalnya pengulangan bacaan adalah pada salat sendirian, akan tetapi boleh melakukannya bersama jamaah dengan menjaga keadaan jamaah sehingga tidak memberatkan mereka.”

✒(Syaikh Muhammad bin Abdillah Al Imam).

Soal:

  1. Apakah hukum mengeraskan suara tangisan? Jawab:

🌼”Tidak sepantasnya; dikarenakan ini akan mengganggu orang dan memberatkan mereka, mengacaukan kepada jamaah dan imam, dan yang selayaknya bagi seorang mukmin menjaga agar suara tangisnya tidak terdengar, berhati-hati dari riya’, karena sesungguhnya setan akan menyeretnya kepada riya’, dan telah dimaklumi, bahwa sebagian orang hal itu bukanlah kemauannya bahkan tangisan mengalahkannya tanpa dia maksudkan, ini dimaafkan apabila bukan karena kehendaknya. Sungguh telah datang dari Nabi ‎ﷺ bahwa bila Beliau ‎ﷺ membaca mendidih dadanya seperti didihan air mendidih karena menangis.”

✒(Syaikh Ibnu Baz).

Adab Di Dalam Kuburan

💥Adab Di Dalam Kuburan💥

عَنْ بَشِيرِ ابْنِ الْخَصَاصِيَّةِ بَشِيرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَجُلًا يَمْشِي فِي نَعْلَيْنِ بَيْنَ الْقُبُورِ، فَقَالَ : ” يَا صَاحِبَ السِّبْتِيَّتَيْنِ ، أَلْقِهِمَا “. رواه الإمام الإمام أحمد وأبو داود والنسائي وابن ماجه وصححه الألباني والوادعي

Dari Basyir bin Al-Khashashiyyah, salah seorang yang mendapat kabar gembira dari Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam, bahwa Rasulullah shallalahu ‘laihi wasallam melihat seorang lelaki yang berjalan di antara kubur dengan memakai dua sandal, maka beliau menegurnya lalu bersabda: “Wahai pemilik sandal kulit, lepaskanlah keduanya!.”

📚HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa` (760) dan Syaikh Al-Wadi’iy dalam Ash-Shahih Al-Musnad (181).

🌻Muhammad bin Abdil Hadi As-Sindi (wafat: 1138) rahimahullah berkata:

“Dan perintah Beliau ﷺ melepaskan sandal sebagai penghormatan terhadap pekuburan dari berjalan di antara kubur dengan dua sandalnya atau terkotori dengan sebab dua sandalnya atau dikarenakan kesombongannya dalam berjalan. Dikatakan: Dan di dalam hadits terdapat kemakruhan berjalan di antara kubur menggunakan sandal. Aku katakan : Tidak sempurna hal itu (perintah untuk melepas kedua sandal) kecuali atas sebagian segi yang disebutkan. Wallahua’lam.”

📚Hasyiyah As-Sindi ‘ala Sunan Ibnu Majah (1/475).

💐Faedah Hadits Pelajaran Dhuhur, Darul Hadits Mabar Yaman, Jumat 8 Sya’ban 1443H.

✒Muntaqo Al Fawaid
📱https://t.me/abuzurahwiwitwahyu
🌐https://abuzurahwiwitwahyu.my.id/

Beramal Salehlah Sebelum Luput Waktunya

💥Beramal Salehlah Sebelum Luput Waktunya💥

🌻Ibnul Jauzi (wafat: 597) rahimahullah berkata:

“Demi Allah! Seandainya dikatakan kepada para penghuni kubur untuk berangan-angan. Sungguh, mereka akan berangan-angan satu hari dari bulan Ramadan (1).”

📚 At-Tabshirah (2/85).

💐Darul Hadits Mabar Yaman, Jumat 8 Sya’ban 1443H.

(1). Karena mereka tahu akan keutamaan beramal di bulan Ramadan, tapi waktu beramal telah luput dan tidak akan kembali. Oleh karena itu; wahai saudaraku! kesempatan hidup yang ada padamu, janganlah engkau sia-siakan, engkau lalaikan, betapa banyak orang yang kemarin atau baru saja berbicara, bercakap dengan kita, tiba-tiba terdengar kabar bahwa dia telah tiada. Betapa banyak kabar kematian setiap hari kita dengar, apakah kita akan terus lalai? Kehidupan dunia ini hanya sebentar, nanti akan datang kehidupan yang kekal selamanya, persiapkan bekal untuk menempuhya dengan amalan yang akan membuat wajah-wajah kita putih berseri, tidak ada yang pantas kita sombongkan di dunia ini, bahkan yang dulunya kita sombongkan dan bangga-banggakan bisa jadi menjadi musibah atas kita di akhirat kelak. Beramalah ikhlas karena Allahﷻ dan mengikuti Sunnah Rasulullahﷺ, semoga Allahﷻ memasukkan kita ke dalam surga-Nya dengan rahmat-Nya.

🌾Muntaqo Al Fawaid

📱https://t.me/abuzurahwiwitwahyu
🌐https://abuzurahwiwitwahyu.my.id/

Kapan Hati Kita Lembut Dan Khusyuk?

💦Kapan Hati Kita Lembut Dan Khusyuk?💦

🌾Nafi’ rahimahullah berkata:

“Dahulu Ibnu Umar (wafat: 73) radhiyallahu ‘anhuma apabila membaca firman Allahﷻ:

( أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ ). الحديد (16)

“Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.”(QS. Al-Hadid 57: Ayat 16)

dia menangis hingga tangisan mengalahkan (mendominasi)nya.”

📚 Siyar A’lam An-Nubala` (3/214) karya Adz-Dzahabiy [wafat: 748].

💐 Darul Hadits Mabar Yaman, Kamis 7 Sya’ban 1443H.

🌿Al-Imam As-Sa’diy (wafat: 1376) rahimahullah berkata dalam tafsir ayat di atas:

“Belumkah datang waktunya yang dengannya lembut hati mereka dan khusyuk untuk dzikrullah yang itu adalah Al-Qur’an (dengan menadaburinya) dan tunduk akan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.”

📚Taisir Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan hal. 803.

✒Muntaqo Al Fawaid
📱https://t.me/abuzurahwiwitwahyu
🌐https://abuzurahwiwitwahyu.my.id/

Keutamaan Doa

💥Keutamaan Doa💥

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ” لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ “. رواه الإمام أحمد والترمذي وابن ماجه وحسنه الألباني.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah ta’ala daripada doa.”

📚HR. Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shahih Al-Jaami’ (5392).

🌻Imam Mubarakfuri (wafat 1353H) rahimahullah berkata:

“Sabda Rasulullahﷺ: (Tidak ada sesuatu), yaitu dari macam-macam zikir atau ibadah, tidaklah ini meniadakan firman Allahﷻ:

{ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ }.

“Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13)

Sabda Rasulullahﷺ: (dari doa), dikarenakan di dalam doa terdapat penampakan kefakiran, kelemahan, perendahan diri di hadapan Allahﷻ dan pengakuan akan kekuatan Allah dan kemampuan-Nya.”

📚Tuhfatul Ahwadzi (9/218).

💐Faedah Hadits Pelajaran Tathhirul I’tiqod, Darul Hadits Mabar Yaman, Kamis 7 Sya’ban 1443H.

🌾Muntaqo Al Fawaid

📱https://t.me/abuzurahwiwitwahyu
🌐https://abuzurahwiwitwahyu.my.id/

Doa Adalah Ibadah

💥Doa Adalah Ibadah💥

عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ” الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ “. ثُمَّ قَرَأَ : ” { وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ } “. رواه الإمام أحمد وأبو داود والترمذي وابن ماجه وصححه الألباني والوادعي.

Dari An Nu’man bin Basyir berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Doa adalah ibadah.” Kemudian beliau membaca ayat yang artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir 60)

📚HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shahih Al-Jaami’ (3407) dan Syaikh Al-Wadi’iy dalam Ash-Shahih Al-Musnad (1159).

🌻Imam Mubarakfuri (wafat 1353H) rahimahullah berkata:

“Maknanya: Bahwa doa adalah ibadah, sama saja apakah dikabulkan atau belum dikabulkan, dikarenakan ia adalah menampakkan kelemahan seorang hamba dan butuhnya dirinya dan pengakuan bahwa Allah Ta’ala Maha Mampu untuk mengabulkan, Maha Pemurah, tidak bakhil dan tidak fakir dan tidak butuh kepada sesuatu pun hingga Dia menyimpannya untuk diri-Nya dan mencegahnya dari hamba-hamba-Nya.”

📚Tuhfatul Ahwadzi (9/220).

💐Faedah Hadits Pelajaran Tathhirul I’tiqod, Darul Hadits Mabar Yaman, Kamis 7 Sya’ban 1443H.

🌾Muntaqo Al Fawaid

📱https://t.me/abuzurahwiwitwahyu
🌐https://abuzurahwiwitwahyu.my.id/

Ketawadukan Generasi Salaf

💥Ketawadukan Generasi Salaf💥

🌾Hisyam bin Hassan rahimahullah berkata:

“Dikatakan kepada Muhammad bin Waasi’ (wafat: 127): ‘Bagaimana kabarmu di pagi hari ini?’,

🌻Beliau rahimahullah menjawab:

‘Ajalku semakin dekat, angan-anganku semakin panjang, amalanku semakin buruk’.”

📚 Siyar A’lam An-Nubala` (6/121) karya Adz-Dzahabiy [wafat: 748].

💐 Darul Hadits Mabar Yaman, Rabu 6 Sya’ban 1443H.

✒Muntaqo Al Fawaid
📱https://t.me/abuzurahwiwitwahyu
🌐https://abuzurahwiwitwahyu.my.id/

Takutlah Akan Neraka

💥Takutlah Akan Neraka💥

🌻Hatim Al-Ashomm(wafat: 237) rahimahullah berkata:

“Sungguh, janganlah engkau takut akan kefakiran; dikarenakan Allahﷻ menakut-nakutimu dengan neraka, dan tidaklah menakut-nakutimu dengan kefakiran.”

📚 Al-Fawaid wa Al-Akbar. wa Al-Hikayat ‘an Asy-Syafi’i wa Hatim Al-Ashomm no.62 karya Ibnu Hamkan Al-Hamadzani (wafat: 405).

💐Darul Hadits Mabar Yaman, Rabu 6 Sya’ban 1443H.

✒Muntaqo Al Fawaid
📱https://t.me/abuzurahwiwitwahyu
🌐https://abuzurahwiwitwahyu.my.id/

Kuatnya Generasi Salaf Dalam Mengadukan Kesusahan Hanya Kepada Allahﷻ

💥Kuatnya Generasi Salaf Dalam Mengadukan Kesusahan Hanya Kepada Allahﷻ💥

🌻Ibnul Jauzi (wafat: 597) rahimahullah berkata:

“Dan sungguh, dahulu generasi Salaf tidak menyukai mengadu kepada makhluk. Mengadu kepada makhluk, sekalipun ada padanya rasa lega, hanya saja itu menunjukkan akan kelemahan dan kerendahan. Dan sabar darinya adalah dalil akan kekuatan dan kemuliaan.”

📚 Ats-Tsabat ‘indal Mamaat hal. 55.

💐Darul Hadits Mabar Yaman, Rabu 6 Sya’ban 1443H.

✒Muntaqo Al Fawaid
📱https://t.me/abuzurahwiwitwahyu
🌐https://abuzurahwiwitwahyu.my.id/