Penutup Risalah Salat

🌹Penutup🌹

🍀Telah selesai penulisan dan revisi kitab ini pada tanggal 13 Rabiuts Tsani 1436 Hijriyah.

🌱Walhamdulillahi Rabbil’alamin wa Salaamun ‘alal Mursalin wa Shallallaahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi ajma’in.

🍃 Kita meminta pertolongan kepada Allah agar kitab ini bermanfaat bagi Islam dan Muslimin [1].

✒Ditulis oleh Al-Faqiir ilallah Abu Abdirrahman Muwaffaq Al-Faadhiliy Al-Audiy Al-Ibbiy
Semoga Allah mengampuninya, kedua orang tuanya dan seluruh kaum muslimin.

Masjid At Tauhid, Kota Rodaa’ Yaman.


[1]. Penerjemah:

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin atas selesainya dalam menerjemahkan kitab ‘150 Tanya Jawab dalam Tata Cara Sholat ‘. Semoga bermanfaat bagi kami secara khusus dan kepada kaum Muslimin secara umum, dan semoga menjadi amal jariyah bagi kami.

✒Abu Zur’ah Wiwit Wahyu
Semoga Allah mengampuninya, kedua orang tuanya dan seluruh kaum muslimin.

Darul Hadits Mabar Yaman semoga Allah Azza wa Jalla menjaganya,
Senin, 21 Rajab 1441H.

🌾 Selesai Koreksi Ulang Terjemahan

Sabtu, 13 Jumada Al-Ula 1443H.

وصلى الله وسلم على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين.

Tata cara sholat ketika safar – Risalah Keempat Puluh Enam Tentang Seputar Tata Cara Sholat

🌸Tata cara sholat ketika safar🌸

149). Bagaimana tata cara sholat ketika safar?

Jawab :

🌻Yaitu seorang musafir menjamak dan mengqoshor sholatnya jika jaraknya adalah jarak safar. Maka dia melaksanakan sholat Shubuh dua rakaat , Dhuhur dua rakaat, Ashar dua rakaat, Maghrib tiga rakaat , Isya dua rakaat. Dijamak sholat Dhuhur dan Ashar, sholat Maghrib dan Isya, dan itu dilakukan ketika keluar dari daerahnya dan rumah-rumah (yang ada di daerahnya) tidak terlihat.

▶ Dalil tentang mengqoshor sholat adalah hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha:

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ:( فَرَضَ اللَّهُ الصَّلَاةَ حِينَ فَرَضَهَا رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ فِي الْحَضَرِ وَالسَّفَرِ فَأُقِرَّتْ صَلَاةُ السَّفَرِ وَزِيدَ فِي صَلَاةِ الْحَضَرِ ). متفق عليه.

Dari ‘Aisyah Ibu kaum Mu’minin, ia berkata, “Allah telah mewajibkan sholat, dan awal diwajibkannya adalah dua rakaat dua rakaat, baik saat mukim atau saat dalam perjalanan. Kemudian ditetapkanlah ketentuan tersebut untuk sholat safar (dalam perjalanan), dan ditambahkan lagi untuk shalat di saat mukim.”

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

▶ Dan dalil tentang menjamak dua sholat ketika safar, dan bahwasanya sholat Maghrib tetap tiga rakaat adalah hadits ‘Ubaidah bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:

عن عُبَيْدَ اللَّهِ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَاهُ قَالَ:( جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ لَيْسَ بَيْنَهُمَا سَجْدَةٌ صَلَّى الْمَغْرِبَ ثَلَاثَ رَكَعَاتٍ وَالْعِشَاءَ رَكْعَتَيْن ). رواه مسلم.

Dari ‘Ubaidullah bin Abdullah telah mengabarkan kepadanya bahwa bapaknya berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggabungkan antara Maghrib dan Isya, tidak ada di antara keduanya sajdah (sholat nafilah [sunnah]), beliau melakukan shalat Maghrib tiga rakaat dan Isya dua rakaat.

📚 HR. Muslim.

150). Berapa jarak yang musafir itu menjamak dan mengqoshor sholatnya?

Jawab:

🌱Yang rajih (kuat) dalam jarak seorang menjamak dan mengqoshor di dalamnya adalah sesuai dengan adat kebiasaan manusia di tempat tersebut bahwasanya itu adalah safar (melakukan perjalanan), dan ini pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah Ta’ala (1).

151). Apakah wajib bagi musafir sholat Jum’ah?

Jawab :

🌾 Tidak wajib bagi musafir sholat Jum’ah.

🌴Dan dalilnya bahwa Nabi ‎ﷺ melakukan banyak safar tetapi tidak pernah dinukilkan bahwasanya Beliau ‎ﷺ melakukan sholat Jum’ah dalam safarnya. Ini termasuk kemudahan dari Allah Ta’ala bagi musafir dan untuk menghilangkan kesulitan baginya.

152). Apa yang dilakukan orang yang tertidur atau lupa dari sholatnya?

Jawab :

🍀Barang siapa yang tertidur atau lupa dari sholatnya maka wajib baginya melaksanakannya ketika ingat walaupun setelah beberapa waktu.

▶ Dalilnya adalah hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah ‎ﷺ :

(( مَن نَامَ عَن صَلَاةٍ أَو نَسِيَهَا فَليُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا )). متفق عليه.

“Barang siapa tertidur atau lupa dari sholatnya maka dia sholat ketika mengingatnya.”

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

🍃 Dalam sebuah riwayat:

(( فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا. ولا كفارة لها إلا ذلك )).

“Maka kaffaratnya. (tebusannya) adalah menunaikannya di saat ingat, dan tidak ada kaffarah kecuali itu.”

153). Apakah orang yang meninggalkan sholat secara sengaja tanpa uzur mengqodho sholat?

‎Jawab:

🌿Tidak mengqodho karena tidak adanya dalil tentang hal itu dan wajib atas orang yang meninggalkan sholat secara sengaja untuk bertaubat serta memperbanyak sholat sunnah.

🌸Sholat memakai sandal🌸

154). Apakah hukumnya sholat memakai sandal?

Jawab :

🍃Sholat memakai sandal hukumnya sunnah jika sandalnya bersih dan tidak terjadi fitnah karenanya (semisal seorang ingin menerapkan sunnah ini di masjid yang telah dipasang karpet atau permadani dalam keadaan sandalnya kotor atau jamaah masjid belum mengetahui akan sunnah sholat memakai sandal maka ini tidak diterapkan). Disyariatkan bagi seorang muslim sholat dengan memakai sandal setelah dia memeriksa dan membersihkannya. Ini adalah sunnah yang telah ditinggalkan oleh kebanyakan kaum Muslimin.

▶ Dalilnya adalah bahwasanya Nabi ‎ﷺ sholat dengan sandalnya, juga sholat tanpa sandal dan memerintahkan sahabat-sahabat Beliau ‎ﷺ agar sholat dengan sandal-sandal mereka.

▶ Dalilnya adalah hadits Sa’id bin Yazid Al-Azdiy :

عن سَعِيدُ بْنُ يَزِيدَ الْأَزْدِيُّ قَالَ سَأَلْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ:( أَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي نَعْلَيْهِ قَالَ نَعَمْ ). رواه البخاري.

Dari Abu Maslamah Sa’id bin Yazid Al-Azdi berkata, “Aku bertanya kepada Anas bin Malik, “Apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah shalat dengan memakai sandal?” Dia menjawab, “Ya.”

📚 HR. Bukhori.

▶ Dan hadits Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah ‎ﷺ:

(( خَالِفُوا اليَهُودَ وَ صَلُّوا فِي نِعاَلكُم, فَإِنَّهُم لاَ يُصَلُّونَ فِي نِعَالِهِم وَ لاَ فِي خِفَافِهِم )). رواه الطبراني وصححه الألباني.

“Selisihilah yahudi dan sholatlah dengan sandal-sandal kalian, karena sesungguhnya mereka tidak sholat dengan sandal-sandal mereka tidak pula dengan khuf-khuf (alas kaki terbuat dari kulit, dan masuk di dalamnya kaos kaki atau apa saja yang menutupi mata kaki selain dari kulit) mereka.”

📚 HR. Ath-Thabrani dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany.

▶ Begitu pula hadits Abu Said Al-Khudriy bahwasanya Rasulullah ‎ﷺ bersabda:

(( فَإِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَلْيَنْظُرْ فِي نَعْلَيْهِ فَإِنْ رَأَى فِيهِمَا قَذَرًا أَوْ قَالَ أَذًى فَلْيَمْسَحْهُمَا وَلْيُصَلِّ فِيهِمَا )). رواه أحمد وصححه الألباني.

“Maka jika salah seorang dari kalian masuk ke dalam masjid hendaklah ia melihat sandalnya, jika ia melihat ada kotoran, atau beliau mengatakan, “najis hendaklah ia menggosoknya kemudian shalat dengannya.”

📚 HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albany.


(1). Penerjemah:

Pendapat Jumhur Ulama bahwa jarak yang dibolehkan untuk mengqoshor sholat, perjalanan sejauh 80 km. Dan pendapat ini dipilih oleh Lajnah Daimah yang diketuai oleh Syaikh Ibnu Baz.

Apakah keutuamaan shalat berjamaah – Risalah Keempat Puluh Lima Tentang Seputar Tata Cara Sholat

145). Apakah keutamaan sholat berjamaah?

Jawab :

🌻Sholat berjamaah lebih utama dari sholat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat.

▶ Dalilnya adalah hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:( صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً ). متفق عليه.

Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Shalat jamaah lebih utama sebanyak dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian.”

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

▶ Dan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah ‎ﷺ bersabda:

” مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يُجِبْهُ فَلَا صَلَاةَ لَهُ إِلَّا مِنْ عُذْرٍ. “ رواه البيهقي وصححه الألباني.

“Barang siapa mendengar adzan lalu tidak memenuhi panggilannya, maka tidak ada shalat sempurna baginya kecuali karena uzur.

📚 HR. Al-Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany.

➡ Makna:
(( لَا صَلَاةَ لَهُ ))

Yaitu tidak sempurna sholatnya.

🍀artinya sholat kurang pahalanya jika dikerjakan di rumah.

146). Apakah hukumnya sholat di rumah ketika hujan turun ?

Jawab:

🌺Sholat di rumah ketika hujan turun merupakan rukhsoh (keringanan), sama saja dikerjakannya secara berjamaah atau sendirian.

▶ Dalilnya adalah hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ لِمُؤَذِّنِهِ فِي يَوْمٍ مَطِيرٍ:( إِذَا قُلْتَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ فَلَا تَقُلْ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ قُلْ صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ فَكَأَنَّ النَّاسَ اسْتَنْكَرُوا قَالَ فَعَلَهُ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنِّي إِنَّ الْجُمْعَةَ عَزْمَةٌ وَإِنِّي كَرِهْتُ أَنْ أُحْرِجَكُمْ فَتَمْشُونَ فِي الطِّينِ وَالدَّحَضِ ). متفق عليه.

Ibnu ‘Abbas berkata kepada Muadzinnya saat hari turun hujan, “Jika engkau sudah mengucapkan ‘ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH’, janganlah engkau sambung dengan HAYYA ‘ALASHSHALAAH (Marilah mendirikan sholat) ‘. Tapi serukanlah, ‘SHALLUU FII BUYUUTIKUM (Sholatlah kalian di tempat tinggal masing-masing) ‘.” Lalu orang-orang seakan mengingkarinya. Maka Ibnu ‘Abbas pun berkata, “Sesungguhnya hal yang demikian ini pernah dilakukan oleh orang yang lebih baik dariku. Sesungguhnya sholat Jumat adalah kewajiban dan aku tidak suka untuk mengeluarkan kalian, sehingga kalian berjalan di tanah yang penuh dengan lumpur dan tempat yang licin.”

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

147). Apakah hukumnya menjamak dua sholat tanpa uzur seperti sakit, safar dan selain keduanya?

Jawab :

🌱Barang siapa menjamak Dhuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya tanpa uzur maka kami khawatirkan batal sholatnya kecuali seorang hamba itu melakukannya karena ada kebutuhan tanpa menjadikannya kebiasaan.

▶ Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

{ إِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا}

“Sungguh, sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 103).

🌻Maka masuknya waktu adalah syarat sahnya sholat.

▶ Dan juga firman Allah Ta’ala:

{ فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَ }

“Maka celakalah orang yang sholat,

{الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَا تِهِمْ سَاهُوْنَ ۙ}

“(yaitu) orang-orang yang lalai terhadap sholatnya.”(QS. Al-Ma’un 107: Ayat 4,5)

🌺Imam Al-Baghawi berkata dalam tafsirnya:

“Yaitu dari waktu-waktunya mereka lalai.”

🍃 Dan dalil tentang bolehnya menjamak karena adanya uzur seperti sakit atau semisalnya adalah hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ : جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ، وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ، فِي غَيْرِ مَطَرٍ، وَلَا سَفَرٍ. قَالُوا : يَا أَبَا عَبَّاسٍ، مَا أَرَادَ بِذَلِكَ ؟ قَالَ : التَّوَسُّعَ عَلَى أُمَّتِهِ. رواه الإمام أحمد وصححه الأرنؤوط.

Dari Ibnu Abbas ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjamak antara shalat Dhuhur dan ‘Ashar, Maghrib dan Isya` tanpa disebabkan hujan atau bepergian. Mereka bertanya; Wahai Abu Abbas, apa yang dikehendakinya? Ia menjawab; Untuk memberi kemudahan bagi umatnya.

📚 HR. Ahmad dan dishahihkan Syaikh Syu’aib Al Arnauth.

🌱Dan diambil faedah dari hadits ini bolehnya menjamak sholat pada waktu hujan turun, dan yang lebih utama tidak menjamaknya dikarenakan tidak ada hadits shohih shorih (jelas) untuk menjamak sholat ketika hujan turun, tetapi Beliau tidak mengingkari orang yang menjamaknya.

148). Apakah hukumnya sholat yang dilaksanakan sebelum masuk waktunya?

Jawab:

🌱Orang-orang yang melaksanakan sholat sebelum waktunya walaupun seperempat jam maka sholatnya batal. Seperti orang yang sholat Shubuh sebelum jelas fajar shodiq yaitu benang putih dari benang hitam. Barang siapa sholat bersama imam yang sholat sebelum waktunya, wajib baginya untuk mengulang sholatnya dan menjadikan sholatnya bersama imam sebagai sholat nafilah (sunnah).

▶ Dalilnya tentang sholat sebelum waktunya adalah hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:( لَعَلَّكُمْ سَتُدْرِكُونَ أَقْوَامًا يُصَلُّونَ الصَّلَاةَ لِغَيْرِ وَقْتِهَا فَإِنْ أَدْرَكْتُمُوهُمْ فَصَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ لِلْوَقْتِ الَّذِي تَعْرِفُونَ ثُمَّ صَلُّوا مَعَهُمْ وَاجْعَلُوهَا سُبْحَةً ). رواه ابن ماجه وصححه الألباني.

Dariari Abdullah bin Mas’ud ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangkali kalian nanti mendapati orang-orang yang mengerjakan sholat di luar waktunya, jika kalian mendapati mereka maka sholatlah di rumah-rumah kalian pada waktu yang telah kalian ketahui, setelah itu sholatlah bersama mereka sebagai shalat tathawwu’ (tambahan). “

📚 HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany.

🍁 Makna (ًسُبْحَة) yaitu nafilah (sunnah).

🌾 Dalam hadits ini terdapat keterangan batalnya sholat di luar waktunya dari sabda Rasulullah ‎ﷺ:

( فَصَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ ).

“Maka sholatlah di rumah-rumah kalian.”

▶ Dan sabda Beliau ‎ﷺ:

( صَلُّوا مَعَهُمْ وَاجْعَلُوهَا سُبْحَةً ).

“Sholatlah bersama mereka dan jadikanlah sebagai sholat sunnah.”

Yaitu :
Janganlah menjadikannya sebagai sholat fardhu dan jangan menganggapnya.

Risalah Keempat Puluh Tiga Tentang Seputar Tata Cara Sholat

🌸Tata cara sholat khauf🌸

139). Bagaimana tata cara sholat Khauf?

Jawab :

🌱Sholat Khauf mempunyai banyak tata cara dan ini tergantung keadaan.

🍃Berkata Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya:

” Sholat Khauf beragam caranya, sebab musuh terkadang ada di arah kiblat, kadang pula selain arah kiblat. Sholat terkadang empat rakaat, tiga rakaat misalnya sholat Maghrib dan dua rakaat contohnya sholat Shubuh dan sholat Safar. Kadang pula berjamaah, kadang perang berkecamuk tidak bisa melaksanakan sholat secara berjamaah, bahkan sholat sendiri-sendiri menghadap kiblat atau ke arah selain kiblat. Berjalan kaki atau berkendaraan. Boleh bagi mereka berjalan kaki dalam keadaan perang berkecamuk sedangkan mereka di tengah sholat.

📚 Sekian tafsir Beliau pada ayat khauf.

🌱Kami akan sebutkan di sini dua tata cara sholat Khauf,

[1 ]. yaitu imam sholat dengan pasukan sebanyak dua rakaat , pasukan dibagi dua, pasukan yang pertama sholat bersama imam satu rakaat dan pasukan yang kedua berjaga-jaga dan mengarah ke musuh, kemudian pasukan yang pertama pergi ke arah musuh dan pasukan yang kedua sholat bersama imam satu rakaat, imam melakukan salam, lalu masing-masing pasukan menyelesaikan sholatnya.

[2]. Atau imam masih dalam keadaan duduk, pasukan yang pertama menyelesaikan rakaat kedua. Kemudian imam berdiri sholat dengan pasukan yang kedua, imam melakukan salam, dan pasukan yang kedua menyelesaikan kekurangan satu rakaat sholat mereka.

▶ Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

( وَإِذَا كُنتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلَاةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مِّنْهُم مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُوا أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا فَلْيَكُونُوا مِن وَرَائِكُمْ وَلْتَأْتِ طَائِفَةٌ أُخْرَىٰ لَمْ يُصَلُّوا فَلْيُصَلُّوا مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ ). النساء (102)

“Dan apabila engkau (Muhammad) berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu engkau hendak melaksanakan sholat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (sholat) besertamu dan menyandang senjata mereka, kemudian apabila mereka (yang sholat besertamu) sujud (telah menyempurnakan satu rakaat) maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang lain yang belum sholat, lalu mereka sholat denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata mereka.”

(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 102).

📌Dan juga hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ:(( صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الْخَوْفِ بِإِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ رَكْعَةً وَالطَّائِفَةُ الْأُخْرَى مُوَاجِهَةُ الْعَدُوِّ ثُمَّ انْصَرَفُوا وَقَامُوا فِي مَقَامِ أَصْحَابِهِمْ مُقْبِلِينَ عَلَى الْعَدُوِّ وَجَاءَ أُولَئِكَ ثُمَّ صَلَّى بِهِمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَةً ثُمَّ سَلَّمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَضَى هَؤُلَاءِ رَكْعَةً وَهَؤُلَاءِ رَكْعَةً )). متفق عليه.

Dari Ibnu Umar ia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah shalat Khauf bersama kami. Mula-mula satu kelompok pasukan mengikuti beliau shalat satu rakaat, sedangkan kelompok yang lain berjaga-jaga menghadap ke arah musuh. Setelah selesai satu rakaat, kelompok pertama pergi berjaga-jaga, menggantikan kelompok kedua, sedangkan kelompok kedua shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selesai shalat, masing-masing rombongan menyempurnakan shalat mereka satu rakaat lagi.”

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

🌿Dengan ini selesailah pembahasan sholat yang memiliki sebab-sebab.

140). Bolehkah sholat Sunnah pada waktu yang dimakruhkan?

Jawab:

🍃Tidak boleh sholat pada waktu yang dimakruhkan. Rasulullah ‎shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang sholat pada waktu yang dimakruhkan kecuali sholat yang memiliki sebab, hanya saja larangan ini berlaku untuk sholat sunnah mutlak tanpa sebab menurut pendapat yang kuat.

▶ Dalilnya adalah hadits Abu Said Al-Khudry radhiyallahu ‘anhu :

عن سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:(( لَا صَلَاةَ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَرْتَفِعَ الشَّمْسُ وَلَا صَلَاةَ بَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَغِيبَ الشَّمْسُ )). متفق عليه.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada shalat setelah Shubuh hingga matahari meninggi dan tidak ada shalat setelah ‘Ashar hingga matahari tenggelam.”

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

141). Sebutkan waktu makruh yang kita dilarang sholat padanya?

Jawab:

🌿Waktu yang dimakruhkan adalah:

1). Dari setelah sholat Shubuh sampai terbitnya matahari.

2). Ketika matahari tepat di tengah langit hingga tergelincir.

3). Setelah sholat Ashar sampai terbenamnya matahari.

▶ Dalilnya adalah hadits ‘Utbah bin Amir Al-Juhaniy radhiyallahu ‘anhu:

عَن عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ الْجُهَنِيَّ قَالَ:(( ثَلَاثُ سَاعَاتٍ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَانَا أَنْ نُصَلِّيَ فِيهِنَّ أَوْ أَنْ نَقْبُرَ فِيهِنَّ مَوْتَانَا حِينَ تَطْلُعُ الشَّمْسُ بَازِغَةً حَتَّى تَرْتَفِعَ وَحِينَ يَقُومُ قَائِمُ الظَّهِيرَةِ حَتَّى تَمِيلَ الشَّمْسُ وَحِينَ تَضَيَّفُ الشَّمْسُ لِلْغُرُوبِ حَتَّى تَغْرُبَ )). رواه مسلم.

Dari Uqbah bin Amir Al-Juhani berkata; “Ada tiga waktu, yang mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang kita untuk sholat atau menguburkan jenazah pada waktu-waktu tersebut. (Pertama), saat matahari terbit hingga ia agak meninggi. (Kedua), saat matahari tepat berada di pertengahan langit (tengah hari) hingga ia telah condong ke barat, (Ketiga), saat matahari hampir terbenam, hingga ia terbenam sama sekali.”

📚 HR. Muslim.

🍁 Makna (تضيف) yaitu (تميل): condong.

Risalah Keempat Puluh Empat Tentang Seputar Tata Cara Sholat

🌸Tata cara sholat dua hari raya🌸

142). Bagaimana tata cara sholat dua hari raya itu?

Jawab:

🌱Yaitu imam sholat dua rakaat tanpa adzan dan iqomah, bertakbir pada rakaat pertama tujuh kali selain takbiratul ihrom dan rakaat kedua lima kali selain takbiratul intiqol (perpindahan ke rakaat kedua) kemudian dia berkhutbah sesudah selesai sholat.

▶ Dalilnya adalah hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha :

عَنْ عَائِشَةَ:(( أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُكَبِّرُ فِي الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى فِي الْأُولَى سَبْعَ تَكْبِيرَاتٍ وَفِي الثَّانِيَةِ خَمْسًا )). رواه أبو داود وصححه الألباني وفي رواية عند مالك (( قَبلَ القِرَاءة)).

“Dari Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat Idul Fithri dan Adha dan biasa takbir tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua.”

📚 HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Albany.

▶ Dalam riwayat Imam Malik:
((قَبْلَ الْقِرَاءَةِ)).

“Sebelum membaca bacaan Al-Fatihah.”

▶ Dan dalil disyariatkannya khutbah Id adalah hadits Nafi’ dari Ibnu Umar:

عَنْ نَافِعٍ ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ :(( كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ يُصَلُّونَ فِي الْعِيدَيْنِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ، ثُمَّ يَخْطُبُونَ )). متفق عليه.

Dari Nafi’ dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhum berkata : Dahulu Rasulullah ‎ﷺ, Abu Bakar dan Umar mereka sholat id sebelum khutbah kemudian berkhutbah.

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

143). Apakah yang dibaca imam pada sholat dua hari raya?

Jawab:

🍀Membaca Surat Al-Ghasyiyah dan Al-A’la.

▶ Dalilnya adalah hadits Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma:

عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ:(( كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْعِيدَيْنِ وَفِي الْجُمُعَةِ بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَهَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ قَالَ وَإِذَا اجْتَمَعَ الْعِيدُ وَالْجُمُعَةُ فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ يَقْرَأُ بِهِمَا أَيْضًا فِي الصَّلَاتَيْنِ )). رواه مسلم.

Dari Nu’man bin Basyir ia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa membaca surat Al-A’la dan surat Al-Ghasyiah dalam sholat dua hari raya dan sholat Jumat. Bila shalat Id bertepatan dengan hari Jumat, beliau juga membaca kedua surat tersebut dalam kedua sholat itu.”

📚 HR. Muslim.

🍃 Atau membaca surat Qof dan surat Al-Qomar.

🌸Sholat Berjamaah🌸

144). Apakah hukumnya sholat berjamaah?

Jawab:

🌻Sholat berjamaah wajib bagi setiap Muslim kecuali wanita, musafir dan orang sakit yang diberikan padanya uzur maka tidak wajib bagi mereka. Karena Rasulullah ‎ﷺ menekankan padanya dan tidak mengijinkan seorang buta sholat di rumahnya. Rasulullah ‎shallallahu ‘alaihi wa sallam sholat berjamaah ketika perang sholat khauf, ini termasuk dalil yang menunjukkan atas wajibnya sholat berjamaah.

🌺Barang siapa yang sholat di rumah tanpa uzur maka dia berdosa, sedangkan sholatnya sah.

➡ Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

{ وَأَقِيْمُواْالصَّلَو’ةَ وَءاتُواْالزَّكَو’ةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ }.

“Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk.”

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 43)

▶ Dan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدَ نَاسًا فِي بَعْضِ الصَّلَوَاتِ فَقَالَ:(( لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ رَجُلًا يُصَلِّي بِالنَّاسِ ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ يَتَخَلَّفُونَ عَنْهَا فَآمُرَ بِهِمْ فَيُحَرِّقُوا عَلَيْهِمْ بِحُزَمِ الْحَطَبِ بُيُوتَهُمْ وَلَوْ عَلِمَ أَحَدُهُمْ أَنَّهُ يَجِدُ عَظْمًا سَمِينًا لَشَهِدَهَا يَعْنِي صَلَاةَ الْعِشَاءِ )). رواه البخاري ومسلم.

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menjumpai beberapa orang dalam beberapa shalat, maka beliau bersabda: ” Sungguh aku berkeinginan kuat menyuruh seseorang untuk mengimami orang-orang, kemudian aku pergi untuk menemui orang-orang yang tidak menghadirinya dan kusuruh mereka untuk membakari rumah-rumah mereka dengan seikat kayu. Kalaulah seorang dari mereka tahu bahwa akan mereka dapatkan daging unta yang gemuk, niscaya akan mereka hadiri shalat isya`.”

📚 H.R Bukhori dan Muslim.

Makna (عَظْمًا سَمِيْنًا) :

‘daging yang gemuk’.

🌱Dan ini terjadi pada kebanyakan orang ketika dihidangkan jamuan maka engkau dapati mereka berdesak-desakan, sedangkan pada sholat berjamaah masjid-masjid kosong. Allahul musta’an.

▶ Dan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ أَعْمَى فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ لَيْسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إِلَى الْمَسْجِدِ فَسَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّيَ فِي بَيْتِهِ فَرَخَّصَ لَهُ فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَالَ:(( هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ؟ )) قَالَ نَعَمْ قَالَ:(( فَأَجِبْ )). رواه مسلم.

Dari Abu Hurairah dia berkata; “Seorang buta (tuna netra) pernah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berujar “Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid.” Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk shalat di rumah. Ketika sahabat itu berpaling, beliau kembali bertanya: “Apakah engkau mendengar panggilan shalat (adzan)?” laki-laki itu menjawab; “Benar.” Beliau bersabda: “Penuhilah seruan tersebut (hadiri jamaah sholat).”

📚 HR. Muslim.

▶ Dalam riwayat Abu Dawud:

قَالَ :(( هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ )). قَالَ نَعَمْ قَالَ :(( لَا أَجِدُ لَكَ رُخْصَة )).

Beliau bersabda: “Apakah engkau mendengar adzan?” Dia menjawab; Ya. Beliau bersabda: “Aku tidak mendapatkan keringanan untukmu!”

🍁Berkata Syaikh Al-Albany: hasan shohih.

Risalah Keempat Puluh Dua Tentang Seputar Tata Cara Sholat

🌸Tata cara sholat jenazah🌸

137). Bagaimana tata cara sholat jenazah itu?

Jawab:

🌱Yaitu dengan cara imam keluar ke musholla (tanah lapang) [1], kemudian sholat berjamaah dengan empat kali takbir, imam dalam keadaan berdiri, tanpa rukuk, tidak pula sujud dan membaca secara sirriyah (tidak dikeraskan) kemudian salam.

▶ Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَى النَّجَاشِيَّ فِي الْيَوْمِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ وَخَرَجَ بِهِمْ إِلَى الْمُصَلَّى فَصَفَّ بِهِمْ وَكَبَّرَ عَلَيْهِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ. متفق عليه.

dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam mengumumkan kematian An-Najasyi, pada hari kematiannya lalu Beliau keluar bersama mereka menuju tanah lapang kemudian Beliau membariskan mereka dalam shaf lalu Beliau bertakbir sebanyak empat kali”.

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

138). Apakah bacaan sholat jenazah?

Jawab:

🍃Bacaan sholat jenazah seperti contoh berikut ini:

➡ 1). Takbir yang pertama: membaca surat Al-Fatihah.

➡ 2). Takbir yang kedua: membaca sholawat kepada Rasulullah ‎ﷺ.

➡ 3). Takbir yang ketiga: berdoa untuk mayit dan mengikhlaskan doa untuknya.

➡ 4). Takbir yang keempat:Langsung salam[2].

▶ Dalil-dalil mengenai hal di atas :

1). Dalil bacaan surat Al-Fatihah adalah hadits Thalhah bin Abdillah bin Auf radhiyallahu ‘anhuma:

عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ:( صَلَّيْتُ خَلْفَ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَلَى جَنَازَةٍ فَقَرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ قَالَ لِيَعْلَمُوا أَنَّهَا سُنَّةٌ ). رواه البخاري.

Dariari Tholhah bin ‘Abdullah bin ‘Auf berkata; Aku shalat di belakang Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma pada suatu jenazah, lalu ia membaca surat Al-Fatihah, ia berkata, agar orang-orang tahu bahwa itu merupakan sunah”.

📚 HR. Bukhori.

2). Dalil sholawat kepada Nabi ‎ﷺ pada rakaat kedua hadits Abi Umamah bin Sahl radhiyallahu ‘anhu:

‘Sungguh salah seorang dari sahabat Rasulullah ‎ﷺ telah mengabarkan kepadanya :

أن السنة في الصلاة على الجنازة أن يكبر الإمام ثم يقرأ بفاتحة الكتاب بعد التكبيرة الأولى ويقرأ في نفسه ثم يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم ويخلص الدعاء للجنازة في التكبيرات لا يقرأ في شيء منهن ثم يسلم سرا في نفسه. رواه البيهقي وصححه الألباني.

“Bahwasanya sunnah dalam sholat jenazah, imam bertakbir kemudian membaca surat Al-Fatihah secara sirriyah setelah takbir yang pertama, kemudian membaca sholawat nabi ‎ﷺ , (setelah takbir yang ketiga) mengikhlaskan doa untuk jenazah, pada takbir-takbir (setelah takbir yang pertama) tidak membaca sesuatupun dari Al-Fatihah ataupun surat dalam Al-Qur’an), setelah itu (takbir keempat) salam secara sirriyah.”

📚 HR. Al-Baihaqi dishahihkan oleh Al-Albany.

3). Dalil doa untuk mayit adalah hadits Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

عَن عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى جَنَازَةٍ فَحَفِظْتُ مِنْ دُعَائِهِ وَهُوَ يَقُولُ:( اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ ). قَالَ حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنْ أَكُونَ أَنَا ذَلِكَ الْمَيِّتَ. رواه مسلم.

Dari Auf bin Malik berkata; Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyolatkan jenazah, dan aku hafal doa yang beliau ucapkan: “ALLAHUMMAGHFIR LAHU WARHAMHU WA ‘AAFIHI WA’FU ‘ANHU WA AKRIM NUZULAHU WA WASSI’ MUDKHALAHU WAGHSILHU BILMAA`I WATS TSALJI WAL BARADI WA NAQQIHI MINAL KHATHAAYAA KAMAA NAQQAITATS TSAUBAL ABYADHA MINAD DANASI WA ABDILHU DAARAN KHAIRAN MIN DAARIHI WA AHLAN KHAIRAN MIN AHLIHI WA ZAUJAN KHAIRAN MIN ZAUJIHI WA ADKHILHUL JANNATA WA A’IDZHU MIN ‘ADZAABIL QABRI AU MIN ‘ADZAABIN NAAR” (Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, kasihanilah ia, lindungilah ia dan maafkanlah ia, muliakanlah tempat kembalinya, lapangkan kuburnya, bersihkanlah ia dengan air, salju dan air yang sejuk. Bersihkanlah ia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau telah membersihkan pakaian putih dari kotoran, dan gantilah rumahnya -di dunia- dengan rumah yang lebih baik -di akhirat- serta gantilah keluarganya -di dunia- dengan keluarga yang lebih baik, dan pasangan di dunia dengan yang lebih baik. Masukkanlah ia ke dalam surga-Mu dan lindungilah ia dari siksa kubur atau siksa api neraka).” Hingga aku berangan seandainya aku saja yang menjadi mayit itu.

📚 HR. Muslim.

▶ Dan juga hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى جَنَازَةٍ فَقَالَ:( اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَصَغِيرِنَا وَكَبِيرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الْإِيمَانِ وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الْإِسْلَامِ اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَا تُضِلَّنَا بَعْدَهُ ). رواه أبو داود وصححه الألباني.

Dariari Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam penah menshalati jenazah kemudian beliau mengucapkan: ALLAAHUMMAGHFIR LIHAYYINAA WA MAYYITINA, WA SHAGHIIRINAA WA KABIIRINAA WA DZAKARINAA WA UNTSAANAA, WA SYAAHIDINAA WA GHAAIBINAA. ALLAAHUMMA, MAN AHYAITAHU MINNAA FA AHYIHI ‘ALAL IIMAAN WA MAN TAWAFFAITAHU MINNAA FATAWAFFAHU ‘ALAL ISLAAM. ALLAHUMMA LAA TAHRIMAN AJRAHU WA LAA TUDHILLANAA BA’DAHU (Ya Allah, ampunilah orang-orang yang masih hidup di antara kami, dan yang telah mati, anak kecil dan yang dewasa kami, laki-laki kami dan wanita kami, orang-orang yang hadir di antara kami dan yang tidak hadir. Ya Allah, siapapun di antara kami yang Engkau hidupkan maka hidupkanlah di atas keimanan dan siapapun di antara kami yang Engkau wafatkan maka wafatkanlah dalam keadaan beragama Islam, ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari mendapatkan pahalanya dan janganlah Engkau sesatkan kami setelah kematiannya.”

📚 HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Albany.

🌿Apabila mayit anak kecil maka doanya adalah:

( اللهم اجْعَلْهُ لَنَا فَرَطًا، وَسَلَفًا، وَأَجْرًا ).

“Ya Allah jadikanlah dia bagi kami farothon, salafan dan pahala.”

🌴Dan juga:

وَقَالَ الْحَسَنُ : يَقْرَأُ عَلَى الطِّفْلِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ، وَيَقُولُ : اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ لَنَا فَرَطًا، وَسَلَفًا، وَأَجْرًا.

Berkata Al-Hasan radhiyallahu ‘anhu : dibacakan atas mayit anak-anak surat Al-Fatihah, dan membaca ALLAHUMMAJ’AL LANA SALAFAN WA FAROTHON WA DZUHRON WA AJRAA

Ya Allah jadikanlah dia bagi kami farothon, salafan, simpanan dan pahala

📚 HR. Bukhori.

🎋Makna ( farothon ): adalah yang menyambut dan mengantarkan kedua orang tuanya ke surga-Nya.

🌱Makna ( salafan ): adalah mendahului ke surga untuk kami.

🍃Makna ( ajraa ):
adalah sebab untuk mendapatkan pahala atas kesabaran kami dalam musibah.

139). Apa keutamaan sholat jenazah dan mengantar jenazah ke pemakaman?

Jawab:

🌿Sholat jenazah dan mengantar jenazah ke pemakaman pahalanya sangat besar. Barang siapa sholat jenazah baginya pahala semisal gunung Uhud. Barang siapa yang sholat jenazah dan mengantarkannya pahalanya semisal dua gunung Uhud.

▶ Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:( مَنْ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ وَلَمْ يَتْبَعْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ فَإِنْ تَبِعَهَا فَلَهُ قِيرَاطَانِ قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ أَصْغَرُهُمَا مِثْلُ أُحُدٍ ). متفق عليه.

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Barang siapa yang menyolatkan jenazah, namun ia tidak sampai ikut mengantarnya maka baginya pahala satu qirath. Dan jika ia turut mengantarnya, maka baginya pahala dua qirath.” Kemudian ditanyakanlah, “Seperti apakah dua qirath itu?” beliau menjawab: “Yang paling kecil di antaranya adalah seperti gunung uhud.”

📚 HR. Bukhori dan Muslim. ____________

Penerjemah:

[1]. Soal:

Apakah boleh menyolatkan jenazah di rumah duka? Karena kami melakukan ini di negeri kami, bahwa kebanyakan mayit di sholatkan di rumah duka? Dan sedikit yang disholatkan di masjid atau tempat yang disediakan untuk sholat jenazah.
Jazaakumullahu khair.

Jawab:

الحمد لله رب العالمين

🌿Boleh dilakukan sholat jenazah di rumah duka setelah dimandikan, terlebih khusus para wanita dan orang yang tidak bisa menyolatkannya di masjid atau musholla (tanah lapang) yang disediakan untuk sholat jenazah,
dan asal (syariat) supaya mayit disholatkan di tempat yang disediakan untuk sholat atas mereka di luar masjid, dan boleh disholatkan jenazah di masjid dan boleh juga disholatkan di kuburan setelah dikubur bagi siapa yang belum menyolatkannya.”

✒Jawaban Syaikh Abdurrahman As-Simhi pengajar Darul Hadits Mabar Yaman, Ahad, 13 Rajab 1441.

🎤 Adapun jawaban Syaikh Taufiq Al-Ba’dany hafizhahullah pada hari Senin 14 Rajab 1441:

الحمد لله رب العالمين

Sah sholat jenazah di rumah duka atau selainnya, tidak mengapa, akan tetapi yang afdhol di musholla atau masjid, aku mengira mudah untuk disholatkan masjid, tinggal disampaikan kepada imam masjid, kemudian diumumkan kalau ada jenazah akan disholatkan, ini semua supaya jamaah semakin banyak dan mendapatkan keutamaan pahala yang besar (qiroth), faedah untuk mayit karena yang menyolatkan dan mendoakannya banyak serta menghidupkan Sunnah dan hendaknya ini tidak diremehkan dan digampangkan.

[2]. 🌱Syaikh Taufiq Al-Ba’dany hafizhahullah berkata:

“Dan yang masyhur dari pendapat Malikiyyah, Syafi’iyyah, sebagian Hanafiyah, riwayat dari Imam Ahmad, kebanyakan Hanabilah dan Ibnu Hazm bahwasanya disunnahkan berdoa setelah takbir keempat sebelum salam, maka ini lebih baik dari diam….
Dan pendapat ini adalah yang rajih-wallahua’lam-, dan menguatkan pendapat ini juga Imam Syaukani, Al-Albany dan Ibnu Utsaimin rahimahumullah, tidak mengapa langsung mengucapkan salam setelah takbir keempat, dan jika berdoa dengan doa secara ringkas, disyariatkan menurut pendapat yang rajih (kuat) dari kalangan ulama, apabila kita sholat di belakang Imam kemudian setelah takbir keempat, imam tidak langsung salam maka kita berdoa untuk mayit, apabila imam diam setelah takbir keempat, kita sibukkan dengan doa, maka ini lebih utama daripada diam, dan apabila imam salam langsung (setelah takbir keempat) maka kita segera salam mengikutinya.”

📚 Syarh Bulugh Al-Maram karya beliau [3/29] .

Apakah shalat gerhana matahari dan gerhana bulan – Risalah Keempat Puluh Satu Tentang Seputar Tata Cara Sholat

🌸Tata cara sholat gerhana bulan dan matahari🌸

134). Apakah itu sholat gerhana bulan dan matahari?

Jawab:

🌱Yaitu apabila terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan dengan hilangnya cahaya keduanya, maka manusia berlindung dengan menegakkan sholat dan berdoa. Hukumnya adalah wajib (1) karena perintah Rasulullah ‎ﷺ dengannya.

▶ Dalilnya adalah hadits Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ قَالَ: خَسَفَتْ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَرَجَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَى الْمَسْجِدِ وَثَابَ النَّاسُ إِلَيْهِ فَصَلَّى بِهِمْ رَكْعَتَيْنِ فَانْجَلَتْ الشَّمْسُ فَقَالَ:( إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَإِنَّهُمَا لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَإِذَا كَانَ ذَاكَ فَصَلُّوا وَادْعُوا حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُمْ ). وَذَاكَ أَنَّ ابْنًا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاتَ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ فَقَالَ النَّاسُ فِي ذَاكَ . رواه البخاري.

Dari Abu Bakrah berkata: “Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu Beliau keluar dengan menyingsingkan selendangnya hingga tiba di masjid. Maka orang-orang berkumpul mengelilingi Beliau. Lalu Beliau memimpin shalat bersama mereka dua rakaat hingga matahari kembali tampak. Kemudian Beliau bersabda: “Matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah dan keduanya tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena kematian seseorang. Jika terjadi gerhana, maka dirikanlah shalat dan banyaklah berdoa hingga selesai gerhana yang terjadi pada kalian”. Peristiwa ini berkenaan ketika putra Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang bernama Ibrahim wafat yang manusia kemudian memperbincangkannya”.

📚 HR. Bukhori.

135). Bagaimana tata cara sholat gerhana matahari dan bulan?

Jawab:

🍃 Yaitu sholat dua rakaat, tiap rakaat dua kali rukuk, memperpanjang bacaan Al-Qur’an, rukuk dan sujud. Sholat gerhana matahari dan bulan dilaksanakan secara berjamaah di masjid, kemudian imam memberikan nasihat kepada jamaah apabila dibutuhkan.

▶ Dalilnya adalah hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ:( خَسَفَتْ الشَّمْسُ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فَأَطَالَ الْقِيَامَ جِدًّا ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ جِدًّا ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَأَطَالَ الْقِيَامَ جِدًّا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ جِدًّا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ قَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ انْصَرَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ تَجَلَّتْ الشَّمْسُ فَخَطَبَ النَّاسَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ). متفق عليه.

Dari Aisyah ia berkata; Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah terjadi gerhana matahari, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat (gerhana). Beliau berdiri lama sekali, lalu rukuk dengan lama sekali, kemudian bangun dari rukuk dan berdiri lama sekali, namun tidak seperti lama berdirinya yang pertama, lalu beliau rukuk lama sekali, namun tidak seperti rukuknya yang pertama, lalu beliau sujud. Kemudian beliau berdiri lama, namun tidak seperti lama berdirinya yang pertama, lalu beliau rukuk lama namun tidak seperti lama rukuknya yang pertama. Kemudian beliau mengangkat kepalanya (bangkit), lalu berdiri lama, akan tetapi tidak seperti lama berdirinya yang pertama, kemudian beliau rukuk lama, namun tidak seperti lama rukuknya yang pertama, lalu beliau sujud. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selesai shalat, matahari telah bersinar terang kembali. Lalu beliau menyampaikan khutbah di hadapan para jamaah. Beliau pertama-tama memuji dan menyanjung Allah.

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

▶ Dalil bahwa setiap rakaat dua rukuk adalah hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi ‎ﷺ:

( أَنَّهُ صَلَّاهَا رَكْعَتَيْنِ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ رُكُوْعَانِ ). رواه النسائي وصححه الألباني.

Bahwasanya Beliau sholat dua rakaat setiap rakaat dua kali rukuk.

📚 HR. An-Nasa’i dan dishahihkan oleh Al-Albany.

➡ Catatan:

🍃Sebagian orang dari kalangan Badan Meteorologi dan Geofisika dan yang selainnya menyifati gerhana matahari dan bulan adalah kejadian alam dan kebanyakan manusia mempercayainya. Dan penyifatan seperti ini tidak boleh, ketika menasabkannya kepada kejadian alam, bahkan ini adalah ayat dari ayat-ayat Allah Ta’ala, Allah menakut-nakuti hamba-Nya, seperti dalam firman-Nya:

{وَمَا نُرْسِلُ بِالْلآياتِ إِلَّا تَخْوِيْفاً}

“Dan Kami tidak mengirimkan tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” (QS. Al-Isra’ 17: Ayat 59).

▶ Sebagaimana dari Abu Mas’ud Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah‎ ﷺ bersabda:

( إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِمَا عِبَادَهُ ). رواه مسلم.

“Sesungguhya matahari dan bulan adalah dua ayat dari ayat-ayat Allah, yang dengan keduanya Allah hendak menakut-nakuti hamba-Nya.”

📚 HR. Muslim.


[1]. Penerjemah:

🌱Syaikh Taufiq bin Muhammad Al-Ba’dany hafizhahullah berkata:

“Maka yang rajih (kuat) bahwa sholat kusuf adalah fardu (wajib) karena adanya perintah dengannya, dan sholat kusuf ini termasuk fardu kifayah (kalau sebagian kaum muslimin telah menunaikannya, gugur kewajiban bagi yang lainnya) sebagai penjamakan (penggabungan) di antara dalil-dalil, hukumny seperti sholat jenazah, dan sholat ied, Wallahua’lam.”

📚 Syarh Bulugh Al Maram karya beliau [2/295].

Apakah shalat istisqo itu – Risalah Keempat Puluh Tentang Seputar Tata Cara Sholat

131). Apakah sholat Istisqo’ itu?

Jawab :

🌿Sholat Istisqo’ adalah sholat yang dilaksanakan kaum muslimin ketika kemarau panjang menimpa mereka, kemudian kaum muslimin memohon kepada Allah Ta’ala dengan sholat dan doa, mereka keluar ke tanah lapang dalam keadaan khusyuk, berpakaian sederhana kemudian menegakkan sholat dan berdoa, mendengarkan khutbah atau khatib pada hari Jumat mengangkat kedua tangannya dan berdoa :

(اللَّهُمَّ أَغِثْنَا اللَّهُمَّ أَغِثْنَا اللَّهُمَّ أَغِثْنَا)

Ya Allah turunkan hujan kepada kami.

Sebanyak tiga kali.

▶ Dalilnya adalah hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ الْمَسْجِدَ يَوْمَ جُمُعَةٍ مِنْ بَابٍ كَانَ نَحْوَ دَارِ الْقَضَاءِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُغِثْنَا قَالَ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ:( اللَّهُمَّ أَغِثْنَا اللَّهُمَّ أَغِثْنَا اللَّهُمَّ أَغِثْنَا…). متفق عليه.

Dari Anas bin Malik bahwasanya; Ada seorang laki-laki yang masuk Masjid pada hari Jumat dari pintu yang menghadap Darul Qadha`, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri sedang menyampaikan khutbah. Kemudian laki-laki itu segera menghadap ke arah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, harta benda telah binasa dan jalan pun telah terputus. Karena itu, berdoalah kepada Allah agar menurunkan hujan.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya seraya berdoa: “ALLAHUMMA AGHITSNAA ALLAHUMMA AGHITSNAA, ALLAHUMMA AGHITSNAA (Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami, Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami).

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

🍃Dalam hadits lain turun hujan kepada mereka selama enam hari.

▶ Adapun dalil tentang keluar ke lapangan adalah hadits Abdullah bin Zaid Al Maazini radhiyallahu ‘anhu berkata:

خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمُصَلَّى فَاسْتَسْقَى وَحَوَّلَ رِدَاءَهُ حِينَ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ. متفق عليه.

“Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar ke tanah lapang untuk menunaikan shalat Istisqa`, kemudian beliau membalik pakaiannya ketika menghadap kiblat.

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

▶ Dan juga hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

خَرَجَ رَسُوْلُ اللّهِ صلى الله عليه وسلم -يَعْنِيْ فِيْ الاِسْتِسْقَاءِ- مُتَبَذِّلًا مُتَوَاضِعًا مُتَخَشِّعًا مُتَضَرِّعًا.

Rasulullah ‎ﷺ keluar -yakni untuk sholat istisqo`- Beliau berpakaian sederhana, tawaduk, khusyuk, merendahkan diri.

📚 HR. Tirmidziy dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany.

132). Bagaimana tata cara sholat Istisqo`?

Jawab:

🌱Yaitu imam bekhutbah dengan satu khutbah menurut pendapat yang kuat kemudian sholat berjamaah dua rakaat, berdoa menghadap kiblat dan membalik selendangnya.

▶ Dalilnya adalah hadits Abbad bin Tamim radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ عَبَّادِ بْنِ تَمِيمٍ عَنْ عَمِّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ بِالنَّاسِ لِيَسْتَسْقِيَ فَصَلَّى بِهِمْ رَكْعَتَيْنِ جَهَرَ بِالْقِرَاءَةِ فِيهِمَا وَحَوَّلَ رِدَاءَهُ وَرَفَعَ يَدَيْهِ فَدَعَا وَاسْتَسْقَى وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ. رواه أبو داود وصححه الألباني وأصله في الصحيحين.

Dari ‘Abbad bin Tamim dari pamannya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar bersama orang-orang untuk memohon hujan, lalu beliau shalat dua rakaat dengan mengeraskan bacaan pada rakaat tersebut, beliau membalik kain selendangnya sambil berdoa dan memohon supaya diturunkan hujan dengan menghadap ke arah Kiblat.”

📚 HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Albany.

🎋Asal hadits ada di dalam Shohih Bukhori dan Shohih Muslim.

▶ Adapun dalil bahwasanya Rasulullah ‎ﷺ berkhutbah di hadapan manusia adalah hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ شَكَا النَّاسُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُحُوطَ الْمَطَرِ فَأَمَرَ بِمِنْبَرٍ فَوُضِعَ لَهُ فِي الْمُصَلَّى وَوَعَدَ النَّاسَ يَوْمًا يَخْرُجُونَ فِيهِ قَالَتْ عَائِشَةُ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ بَدَا حَاجِبُ الشَّمْسِ فَقَعَدَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَكَبَّرَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحَمِدَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ قَالَ إِنَّكُمْ شَكَوْتُمْ جَدْبَ دِيَارِكُمْ وَاسْتِئْخَارَ الْمَطَرِ عَنْ إِبَّانِ زَمَانِهِ عَنْكُمْ وَقَدْ أَمَرَكُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ تَدْعُوهُ وَوَعَدَكُمْ أَنْ يَسْتَجِيبَ لَكُمْ ثُمَّ قَالَ { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ } لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ اللَّهُمَّ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ فَلَمْ يَزَلْ فِي الرَّفْعِ حَتَّى بَدَا بَيَاضُ إِبِطَيْهِ ثُمَّ حَوَّلَ إِلَى النَّاسِ ظَهْرَهُ وَقَلَبَ أَوْ حَوَّلَ رِدَاءَهُ وَهُوَ رَافِعٌ يَدَيْهِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ وَنَزَلَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ. رواه أبو داود وحسنه الألباني.

dari Aisyah dia berkata; “Orang-orang mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang musim kemarau yang panjang, maka beliau memerintahkan untuk meletakkan mimbar di tempat shalat (tanah lapang), lalu beliau berjanji kepada orang-orang untuk bertemu pada suatu hari yang telah di tentukan. Aisyah berkata; “Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar ketika matahari mulai terlihat, lalu beliau duduk di mimbar, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertakbir dan memuji Allah Azza Wa Jalla, lalu bersabda: “Sesungguhnya kalian mengadu kepadaku tentang kegersangan negeri kalian dan keterlambatan turunnya hujan dari musimnya, padahal Allah Azza Wa Jalla telah memerintahkan kalian agar kalian memohon kepadanya, dan berjanji akan mengabulkan do’a kalian, kemudian beliau mengucapkan: “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dzat yang menguasai hari Pembalasan. (AlFatihah: 2-4). Tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Dia, Dia melakukan apa saja yang dikehendaki. Ya Allah, Engkau adalah Allah, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha kaya sementara kami yang membutuhkan, maka turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang telah Engkau turunkan kekuatan bagi kami dan sebagai bekal di hari yang di tetapkan.” kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, dan senantiasa mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putih ketiak beliau, kemudian beliau membalikkan punggungnya membelakangi orang-orang dan merubah posisi selendangnya, sedangkan beliau masih mengangkat kedua tangannya. Kemudian beliau menghadap ke orang-orang, lalu beliau turun dari mimbar dan shalat dua rakaat.

📚 HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany.

🌾 Pada hadits ini mendahulukan khutbah daripada sholat sebagaimana hadits Aisyah di depan.

133). Apakah hukum mengangkat suara (bagi makmum) ketika berdoa meminta hujan?

Jawab :

🌿Apa yang dilakukan kebanyakan orang dengan mengangkat suaranya ketika berdoa meminta hujan adalah menyelisihi sunnah.

🍃Rasulullah ‎ﷺ tidak pernah melakukannya, tidak pula sahabat, bahkan Beliau ‎ﷺ melarang mereka untuk mengangkat suara ketika berdzikir secara mutlak, kecuali apa yang dikhususkan oleh dalil.

▶ Dalilnya adalah hadits Abu Musa Al-Asy’ary radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُنَّا إِذَا أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:( يَا أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ ). متفق عليه.

Dariari Abu Musa Al-Asy’ariy radhiyallahu ‘anhu berkata; Kami pernah bepergian bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan apabila menaiki bukit kami bertalbiyah dan bertakbir dengan suara yang keras. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai sekalian manusia, rendahkanlah diri kalian karena kalian tidak menyeru kepada Dzat yang tuli dan juga bukan Dzat yang jauh. Dia selalu bersama kalian dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat. Maha suci nama-Nya dan Maha Tinggi kebesaran-Nya”.

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

Sholat yang memiliki sebab – Risalah Ketiga Puluh Sembilan Tentang Seputar Tata Cara Sholat

🌸Sholat yang memiliki sebab (dzawaatul asbaab)🌸

127). Apakah pengertian sholat yang memiliki sebab itu?

Jawab:

🌱Sholat yang memiliki sebab adalah sholat yang dilakukan oleh seorang muslim karena adanya sebab tertentu. Misalnya: sholat tahiyyatul masjid, sholat dua rakaat setelah wudhu, sholat istikharah, sholat gerhana bulan, sholat gerhana matahari dan semisalnya.

128). Apakah sholat tahiyyatul masjid itu?

Jawab:

🍃Sholat tahiyyatul masjid adalah sholat dua rakaat yang dilakukan seorang muslim ketika masuk masjid sebelum duduk jika dia ingin duduk. Hukumnya wajib menurut pendapat yang kuat [1].

▶ Dalilnya adalah Hadits Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu:

عن أَبَي قَتَادَةَ بْنَ رِبْعِيٍّ الْأنْصَارِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:( إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلَا يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ ). متفق عليه.

Dari Abu Qatadah bin Rib’iy Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seorang dari kalian masuk ke dalam masjid maka janganlah dia duduk sebelum shalat dua rakaat”.

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

🌿Larangan mengandung keharaman maknanya adalah diharamkan atasnya duduk sampai sholat dua rakaat [1].

🌴Apabila dia sholat yang lain sebelum duduk maka tercukupi baginya dari tahiyyatul masjid, sama saja apakah sholat tersebut sholat wajib atau sunnah.

129). Apakah sholat dua rakaat setelah wudhu itu dan apa hukumnya?

Jawab:

🎋Sholat dua rakaat setelah wudhu adalah sholat yang dilakukan seorang muslim setiap setelah wudhu atau bersuci. Hukumnya adalah sunnah.

▶ Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلَالٍ عِنْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ:( يَا بِلَالُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الْإِسْلَامِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجَى عِنْدِي أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طَهُورًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلَّا صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي أَنْ أُصَلِّيَ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ دَفَّ نَعْلَيْكَ يَعْنِي تَحْرِيكَ ). رواه البخاري.

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, kepada Bilal radhiyallahu ‘anhu ketika shalat Fajar (Shubuh): “Wahai Bilal, ceritakan kepadaku amal yang paling utama yang sudah kamu amalkan dalam Islam, sebab aku mendengar di hadapanku suara sandalmu dalam surga”. Bilal berkata; “Tidak ada amal yang utama yang aku sudah amalkan kecuali bahwa jika aku bersuci (berwudhu) pada suatu kesempatan malam ataupun siang melainkan aku selalu shalat dengan wudhu tersebut di samping shalat wajib”. Berkata, (Abu ‘Abdullah): makna “Daffa na’laika maksudnya gerakan sandal”.

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

130). Apakah sholat Istikharah itu? Apakah bacaan doa dalam sholat Istikharah?

Jawab:

🌱Sholat Istikharah adalah sholat yang dilakukan apabila seorang hamba mengalami kebimbangan terhadap sesuatu perkara, dia tidak mengetahui kebaikan jika dilakukan atau ditinggalkannya, maka dia melakukan sholat dua rakaat kemudian berdoa agar Allah Ta’ala memberikan taufik kepadanya akan perkara ini jika ada padanya kebaikan, atau dipalingkan darinya jika ada padanya kejelekan.

🌷Doa yang dibaca dalam sholat Istikharah adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam shahihnya dari hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي قَالَ وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ. رواه البخاري.

Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari kami shalat istikharah dalam setiap urusan yang kami hadapi sebagaimana Beliau mengajarkan kami Al-Qur’an, yang Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seorang dari kalian menghadapi masalah maka rukuklah (shalat) dua rakaat yang bukan shalat wajib kemudian berdoalah: “Allahumma inniy astakhiiruka bi ‘ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa as-aluka min fadhlikal ‘azhim, fainnaka taqdiru wa laa aqdiru wa ta’lamu wa laa a’lamu wa anta ‘allaamul ghuyuub. Allahumma in kunta ta’lamu anna haadzal amra khairul liy fiy diiniy wa ma’aasyiy wa ‘aaqibati amriy” atau berkata; ‘Aajili amriy wa aajilihi faqdurhu liy wa yassirhu liy tsumma baarik liy fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna haadzal amra syarrul liy fiy diiniy wa ma’aasyiy wa ‘aaqibati amriy” atau berkata; fiy ‘aajili amriy wa aajilihi fashrifhu ‘anniy washrifniy ‘anhu waqdurliy khaira haitsu kaana tsumma ardhiniy”
(Ya Allah aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan memohon kemampuan dengan kekuasaan-Mu dan memohon kepada-Mu dengan karunia-Mu yang Agung, karena Engkau Maha berkuasa sedang aku tidak berkuasa, Engkau Maha Mengetahui sedang aku tidak mengetahui karena Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara yang ghoib. Ya Allah bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik untukku, bagi agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku ini atau Beliau bersabda; di waktu dekat atau di masa nanti maka takdirkanlah buatku dan mudahkanlah kemudian berikanlah berkah padanya. Namun sebaliknya, ya Allah bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku, bagi agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku ini atau Beliau bersabda; di waktu dekat atau di maa nanti maka jauhkanlah urusan dariku dan jauhkanlah aku darinya dan tetapkanlah buatku urusan yang baik saja di manapun adanya kemudian jadikanlah hatiku ridha dengan ketetapan-
Mu itu”. Beliau bersabda: “Dan dia menyebut keperluannya.”

📚 HR. Bukhori.

Boleh berdoa sebelum salam atau sesudahnya.


[1]. Penerjemah:

🌿Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata:

“Adapun hukum sholat tahiyyatul masjid maka pendapat akan wajibnya kuat sekali, karena Nabi ‎ﷺ memutus khutbah untuk memerintah seorang yang duduk supaya berdiri kemudian sholat dua rakaat, dan termasuk perkara yang dimaklumi bahwa sibuknya untuk sholat dua rakaat mengharuskan sibuknya dari khutbah sedangkan mendengarkan khutbah, hukumnya adalah wajib dan tidaklah menyibukkan dari yang wajib melainkan perkara itu (tahiyyatul masjid) hukumnya wajib.

🍃Akan tetapi kebanyakan ulama berpendapat bahwa (tahiyyatul masjid) sunnah muakkadah (ditekankan) karena adanya hadits-hadits yang menunjukkan atas demikian itu…

🎋Yang nampak bagiku bahwa (tahiyyatul masjid) sunnah mu’akkadah paling minimal keadaannya, yang meninggalkannya telah melakukan perbuatan yang makruh.”

📚 Majmu’ Fatawa wa Rasaail Fadhilatu Asy- Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin [14/269].

Sholat jumat – Risalah Ketiga Puluh Delapan Tentang Seputar Tata Cara Sholat

🌸Sholat Jumat🌸

120). Apakah hukum sholat Jumat?

Jawab:

🌱Sholat Jumat hukumnya wajib bagi setiap muslim, mukallaf (diberikan beban syariat), baligh, berakal, mukim. Dan tidak wajib atas anak kecil, perempuan, hamba sahaya, orang gila, musafir, orang sakit (yang tidak mampu untuk melaksanakan sholat Jumat).

▶ Dalilnya adalah hadits Muhammad bin Ka’ab dari seorang laki-laki bani Wa`il berkata; bersabda Nabi ‎ﷺ:

( تجب الجمعة على كل مسلم إلا امرأة أو صبيا أو مملوكا ). رواه البيهقي وصححه الألباني.

“Sholat jumat itu wajib bagi setiap Muslim kecuali perempuan atau anak kecil atau hamba sahaya.”

📚 HR. Al-Baihaqi dan dishahihkan Syaikh Al-Albany.

121). Bagaimana tata cara sholat Jumat?

Jawab:

🍃Yaitu seorang khotib berkhutbah dua kali kemudian dia sholat bersama jamaah dua rakaat.

▶ Dalilnya adalah hadits Umar radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ عُمَرَ قَالَ:( صَلَاةُ الْجُمُعَةِ رَكْعَتَانِ وَصَلَاةُ الْفِطْرِ رَكْعَتَانِ وَصَلَاةُ الْأَضْحَى رَكْعَتَانِ وَصَلَاةُ السَّفَرِ رَكْعَتَانِ ). رواه النسائي وصححه الألباني.

Dari Umar dia berkata; “Sholat Jumat dua rakaat, sholat Idul Fitri dua rakaat, sholat Idul Adha, dan sholat Safar dua rakaat.

📚 HR. An-Nasai dan dishahihkan oleh Al-Albany.

122). Apakah yang dibaca imam dalam sholat Jumat?

Jawab:

🍃Imam membaca surat Al-A’la dan Al-Ghaasyiyah.

▶ Dalilnya adalah hadits Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ:( كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْعِيدَيْنِ وَفِي الْجُمُعَةِ بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَهَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ ). رواه مسلم.

Dari Nu’man bin Basyir ia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa membaca surat Al-A’la dan surat Al-Ghasyiah dalam sholat dua hari raya dan sholat Jumat.”

📚 HR. Muslim. ‎

🌿Dahulu Beliau ‎ﷺ juga membaca surat Al-Jumuah dan Al-Munafiqun.

123). Apakah wajib hadir khutbah Jumat dan mendengarkannya?

Jawab:

🌴Ya.

▶ Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

{ يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا إِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّـكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ }.

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan sholat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

(QS. Al-Jumu’ah 62: Ayat 9).

🎋Di dalam ayat terdapat perintah, dan perintah itu pada asalnya adalah wajib. Dengan hanya mendengar adzan Jumat, maka wajib bersegera untuk menghadiri sholat Jumat. Barang siapa yang terlambat tanpa udzur maka dia berdosa.

124). Apakah yang dilakukan orang yang tidak bisa menghadiri sholat Jumat karena udzur?

Jawab:

🌿Dia melakukan sholat Dhuhur empat rakaat, dan ini yang dilakukan oleh kaum muslimin.

125). Apakah sah sholat orang yang tertinggal khutbah, akan tetapi mendapati sholat?

Jawab:

🌱Ya.

🍃Orang yang mendapati satu rakaat dari sholat atau dua rakaat maka sholat Jumatnya sah, dan berdosa karena dia meninggalkan khutbah.

▶ Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:( مَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنْ الصَّلَاةِ فَقَدْ أَدْرَكَ الصَّلَاةَ ). متفق عليه.

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa mendapatkan satu rakaat dari sholat berarti dia telah mendapatkan sholat.”

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

126). Apakah hukum meninggalkan sholat Jumat tanpa udzur?

Jawab:

🌿Orang yang meninggalkan sholat Jumat tanpa udzur, Allah Ta’ala akan menutup hatinya dan menjadikan hatinya hati seorang munafik.

▶ Dalilnya adalah hadits Abu Ja’d Adh-Dhamri radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَبِي الْجَعْدِ الضَّمْرِيِّ وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال:( مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمَعٍ تَهَاوُنًا بِهَا طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قَلْبِهِ ). رواه أبو داود وصححه الألباني.

Dari Abu Al Ja’d Adh-Dhamri -beliau termasuk dari sahabat Nabi- bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa meninggalkan sholat Jumat tiga kali karena meremehkannya, Allah menutup pintu hatinya.”

📚 HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Albany.

▶ Dan juga hadits Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah ‎ﷺ:

( من سمع النداء يوم الجمعة فلم يأتها طبع الله على قلبه وجعل قلبه قلب منافق ). رواه البيهقي وحسنه الألباني.

“Barang siapa yang mendengar adzan Jumat kemudian dia tidak mendatanginya, maka Allah tutup hatinya, Allah jadikan hatinya hati seorang munafik.

▶ HR. Baihaqi dan dihasankan oleh Al-Albany.