Risalah Keenam Tentang Seputar Sholat

🌺Sutrah dan Sifatnya🌺

19). Apakah sutrah itu?

Jawab:

🌿Sutrah adalah sesuatu yang dijadikan pembatas oleh orang yang shalat antara dia dan kiblat agar tidak ada sesuatupun yang lewat di depannya kemudian memutus shalatnya.

20). Apakah hukum sutrah bagi orang yang shalat?

Jawab:

🍀Hukum sutrah wajib menurut pendapat yang rajih (kuat) karena perintah Nabi ‎ﷺ dan senantiasa beliau ﷺ mengambil sutrah (dalam shalatnya).

▶ Dalilnya hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata: bersabda Rasulullah ‎ﷺ:

” لا تصلوا إلا إلى سترة، ولا يدع أحدكم أحدا يمر بين يديه، فإن أبى، فليقاتله؛ فإن معه القرين “. رواه الحاكم وصححه الألباني.

“Janganlah kalian shalat kecuali kepada sutrah, jangan kamu biarkan seorangpun lewat antara kedua tanganmu, apabila dia enggan maka cegahlah, sesungguhnya bersamanya setan.”

📚 HR. Al-Hakim dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany.

21). Berapa tinggi sutrah?

Jawab:

🍁Tinggi sutrah seperti pelana yang diletakkan di belakang punggung unta, dikira-kira panjang dua pertiga dziro’ (1) atau lebih.

▶ Dalilnya hadits Thalhah radhiyallahu ‘anhu dia berkata: bersabda Rasulullah ‎ﷺ:

( إِذَا وَضَعَ أَحَدُكُمْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلَ مُؤْخِرَةِ الرَّحْلِ فَلْيُصَلِّ وَلَا يُبَالِ مَنْ مَرَّ وَرَاءَ ذَلِكَ ). رواه مسلم.

“Apabila salah seorang dari kalian telah meletakkan di hadapannya seperti pelana yang di letakkan di belakang punggung unta, hendaklah dia shalat, dan janganlah dia memperhatikan orang yang lewat di belakang sutrah tersebut.”

📚 HR. Muslim.

Dan Pelana (Ar-Rohl):

adalah alas yang diletakkan di atas punggung unta untuk diduduki sebagaimana pelana kuda.


(1). 1 Dziro’: ukuran panjang dari ujung jari sampai siku.

Risalah Ketujuh Tentang Seputar Sholat

22). Berapa jarak antara orang yang sholat dengan sutrah?

Jawab :

🌷Jarak antara orang yang sholat dengan sutrah jarak melintasnya kambing, jarak antara sutrah dan tempat sujudnya kira-kira sejengkal.

▶ Dalilnya adalah hadits Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu beliau berkata:

( كَانَ بَيْنَ مُصَلَّى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَيْنَ الْجِدَارِ مَمَرُّ الشَّاةِ ). متفق عليه.

“Jarak antara tempat shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan dinding (pembatas) adalah selebar untuk jalan kambing.”

📚 HR. Bukhari dan Muslim.

Maka wajib atas orang yang shalat mendekat kepada sutrah.

▶ Dalilnya adalah hadits Sahl bin Abi Hatsmah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallaahu’alaihi wasallam Beliau bersabda:

( إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ إِلَى سُتْرَةٍ فَلْيَدْنُ مِنْهَا لَا يَقْطَعْ الشَّيْطَانُ عَلَيْهِ صَلَاتَهُ ). رواه أبو داود وصححه الألباني.

“Apabila salah seorang di antara kalian shalat ke arah sutrah, hendaklah dia mendekat darinya hingga setan tidak dapat memutus shalatnya.”

📚 HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany.

🌾Makna: (يَدنُو منها) adalah mendekat ke sutrah.

23). Apakah yang mencukupi untuk dijadikan sutrah?

Jawab :

🍃Yang mencukupi untuk dijadikan sutrah adalah batang kayu, tiang, tongkat, tonggak, tembok, tempat tidur, atau sholat di belakang orang sholat dan yang semisalnya.

▶Dalilnya hadits Abu Juhaifah radhiyallahu ‘anhu:

َُ ( عَنْ عَوْنِ بْنِ أَبِي جُحَيْفَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى بِهِمْ بِالْبَطْحَاءِ وَبَيْنَ يَدَيْهِ عَنَزَة ). متفق عليه.

“Dari ‘Aun bin Abu Juhaifah berkata, aku mendengar Bapakku, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melaksanakan shalat bersama para sahabat di daerah Bathha`, dan di hadapan beliau ditancapkan sebuah tombak kecil”.

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

🌿’Anazah adalah tombak kecil.

▶ Dalam riwayat lain :

ْ ( عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُرْكَزُ لَهُ الْحَرْبَةُ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا ). متفق عليه.

dari ‘Abdullah bin ‘Umar, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menancapkan sebuah tombak lalu shalat menghadapnya.”

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

▶ Dan dari hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قال :” َأنَّهُ-صلى الله عليه وسلم- كَانَ يُعَرِّضُ رَاحِلَتَهُ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا”. رواه البخاري.

Dari Ibnu ‘Umar berkata: “Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menambatkan tunggangannya lalu shalat menghadap ke arahnya.”

📚 HR. Bukhori.

Risalah Kelima Tentang Seputar Tata Cara Sholat

17). Apa yang dilakukan seseorang yang mendapati di bajunya sesuatu yang najis sedang dia dalam keadaan shalat?

Jawab:

🌸Apabila dia mampu melepas baju yang terkena najis, maka hendaklah baju tersebut dilepas sedang dia dalam keadaan sholat, maka sholatnya shahih (tidak batal). Jika tidak mampu melepas bajunya dia batalkan sholatnya dan mengganti dengan baju yang suci kemudian mengulang shalatnya. Begitu pula yang dilakukan orang yang berhadats dalam sholatnya.

▶ Dan dalilnya adalah hadits Abi Sa’id Al-Khudry radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فَخَلَعَ نَعْلَيْهِ فَخَلَعَ النَّاسُ نِعَالَهُمْ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَال:”َ لِمَ خَلَعْتُمْ نِعَالَكُم؟ْ “,فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ رَأَيْنَاكَ خَلَعْتَ فَخَلَعْنَا قَالَ :”إِنَّ جِبْرِيلَ أَتَانِي فَأَخْبَرَنِي أَنَّ بِهِمَا خَبَثًا فَإِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلْيَقْلِبْ نَعْلَهُ فَلْيَنْظُرْ فِيهَا فَإِنْ رَأَى بِهَا خَبَثًا فَلْيُمِسَّهُ بِالْأَرْضِ ثُمَّ لِيُصَلِّ فِيهِمَا”. رواه أحمد وغيره وصححه الألباني

dari Abu Sa’id Al Khudri berkata; “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat kemudian melepas sandalnya dan orang-orang pun ikut melepas sandal mereka, ketika selesai beliau bertanya: “Kenapa kalian melepas sandal kalian?” mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, kami melihat engkau melepas sandal maka kami juga melepas sandal kami, ” beliau bersabda: “Sesungguhnya Jibril menemuiku dan mengabarkan bahwa ada kotoran di kedua sandalku, maka jika di antara kalian mendatangi masjid hendaknya ia membalik sandalnya lalu melihat apakah ada kotorannya, jika ia melihatnya maka hendaklah ia gosokkan kotoran itu ke tanah, setelah itu hendaknya ia shalat dengan mengenakan keduanya.

📚 HR. Ahmad dan selainnya, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany.

18). Apa dalil rukun sholat?

Jawab:

🌿Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّلَامَ قَال :”َ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ” ,فَرَجَعَ الرَّجُلُ فَصَلَّى كَمَا كَانَ صَلَّى ثُمَّ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْكَ السَّلَامُ ثُمَّ قَالَ :”ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ” حَتَّى فَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ الرَّجُلُ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَ هَذَا عَلِّمْنِي قَالَ :”إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا”. متفق عليه.

dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memasuki sebuah masjid, lalu seorang laki-laki masuk, lalu shalat, kemudian dia datang, lalu mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membalas salamnya seraya berkata, ‘Kembalilah, lalu shalatlah, karena kamu belum shalat.’, Lalu laki-laki tersebut kembali, lalu shalat sebagaimana sebelumnya dia shalat, kemudian mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seraya mengucapkan salam kepada beliau. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu’ kemudian beliau bersabda lagi, ‘Kembalilah dan shalatlah lagi, karena kamu belum shalat’, hingga dia melakukan hal tersebut tiga kali. Lalu laki-laki tersebut berkata, ‘Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak dapat melakukan yang lebih baik selain daripada ini, ajarkanlah kepadaku.’ Beliau bersabda, ‘ Apabila kamu mendirikan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah sesuatu yang mudah dari al-Qur’an, kemudian rukuklah hingga bertumakninah dalam keadaan rukuk. Kemudian angkatlah (kepalamu dari rukuk) hingga lurus berdiri, kemudian sujudlah hingga bertumakninah dalam keadaan sujud, kemudian angkatlah hingga bertumakninah dalam duduk, kemudian lakukan hal tersebut dalam shalatmu semuanya’.”

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

Risalah Keempat Tentang Seputar Tata Cara Sholat

13). Apakah dalil disyaratkannya menutup aurat?

Jawab:

🍀Dalil disyaratkannya menutup aurat adalah firman Allah Ta’ala:

{ يٰبَنِيْۤ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْا ۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ }.

“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. Qs. Al A’rof (7) : 31.

🌿Berkata Syaikh Assa’dy rahimahullah dalam tafsirnya:

“Yaitu : tutuplah aurat kalian semuanya ketika sholat, baik yang wajib ditutup dan yang sunnah ditutup, karena sesungguhnya menutup aurat adalah perhiasan badan sebagaimana terbukanya aurat menjadikan badan menjadi buruk dan jelek.”

🍁Berkata Imam Al-Baghawy dalam tafsirnya:

“Berkata ahli tafsir: Dahulu bani ‘Aamir thawaf di ka’bah dalam keadaan telanjang kemudian Allah azza wa jalla menurunkan ayat:

{ يٰبَنِيْۤ ءادَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ }.

“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid.”

Yaitu: pakaian”.

🌷Berkata pula Imam Ibnu Katsir tentang ini.

14). Apakah dalil disyaratkannya suci dari hadats?

Jawab :

🌸Dalilnya hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah Shallallaahu’Alaihi wasallam bersabda:

( لَا تُقْبَلُ صَلَاةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ ) قَالَ رَجُلٌ مِنْ حَضْرَمَوْتَ: مَا الْحَدَثُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ: فُسَاءٌ أَوْ ضُرَاطٌ.

“Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia berwudhu.”
Seorang laki-laki dari Hadhramaut berkata, “Apa yang dimaksud dengan hadats wahai Abu Hurairah?” Abu Hurairah menjawab, “Kentut baik dengan suara atau tidak.”

📚 HR. Bukhori.

15). Apakah dalil disyaratkannya “masuk waktu shalat”?

Jawab:

🌺Dalil disyaratkannya masuk waktu sholat adalah firman Allah Ta’ala:

{ إِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا }.

“Sungguh, sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 103)

Maka barang siapa yang menjamak sholat Asar dengan sholat Dhuhur atau sholat Maghrib dengan shalat Isya tanpa uzur maka kami mengkhawatirkan batalnya dua sholat ini dikarenakan dia sholat tidak pada waktunya (1) kecuali orang yang sedang bepergian atau sakit disyariatkan jamak sholat, akan datang in syaa Allah penjelasannya.


📝 1. Penerjemah:

Melainkan apabila seseorang menjamaknya karena adanya suatu kebutuhan serta tidak dijadikan adat kebiasaan yaitu dilakukan terus-menerus, maka ini boleh sebagaimana hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ بِالْمَدِينَةِ فِي غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا مَطَرٍ فِي حَدِيثِ وَكِيعٍ قَالَ قُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ لِمَ فَعَلَ ذَلِكَ قَالَ كَيْ لَا يُحْرِجَ أُمَّتَهُ وَفِي حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ قِيلَ لِابْنِ عَبَّاسٍ مَا أَرَادَ إِلَى ذَلِكَ قَالَ أَرَادَ أَنْ لَا يُحْرِجَ أُمَّتَه.ُ رواه مسلم.

dari Ibnu Abbas katanya; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjamak antara zhuhur dan ashar, maghrib dan isya` di Madinah, bukan karena ketakutan dan bukan pula karena hujan .” Dalam hadis Waki’, katanya; aku tanyakan kepada Ibnu Abbas; “Mengapa beliau lakukan hal itu?” Dia menjawab; “Beliau ingin supaya tidak memberatkan umatnya .”

16). Apakah dalil disyaratkannya suci dari najis?

Jawab:

🌷Dalilnya adalah hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

(مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ…).

“Kunci shalat adalah bersuci”.

📚 H.R. Abu Dawud dan dishahihkan Syaikh Al-Albani.

▶ Bersuci meliputi suci badan, pakaian, tempat sholat.

Risalah Ketiga Tentang Seputar Tata Cara Sholat

9). Apakah dalil disyaratkannya menghadap kiblat (ka’bah)?

Jawab:

🌾Dalil disyaratkannya menghadap kiblat adalah firman Allah Ta’ala:

{ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَـرَا مِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ }

” Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja engkau berada, palingkanlah wajahmu ke arahnya”. (QS. Al-Baqarah 2: 144)

10) Apakah dalil disyaratkannya beragama Islam?

Jawab:

🌷Dalil disyaratkannya Islam adalah firman Allah Ta’ala:

{ وَمَن يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ }. المائدة (5)

“Barang siapa kafir setelah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam), maka sungguh sia-sia amalannya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi.”

(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 5)

11). Apa yang sepantasnya dilakukan seorang ayah dalam mengarahkan anaknya untuk sholat?

Jawab:

🍀Sepantasnya bagi seorang ayah mengajari anaknya sholat dan memerintahkannya pada umur tujuh tahun, dan memukulnya bila melalaikannya pada umur sepuluh tahun.

🌿Dalilnya adalah hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :” مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِع”. رواه أبو داود وحسنه الألباني.

dari Amru bin Syu’aib dari Ayahnya dari Kakeknya dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.”

📚 HR. Abu Dawud dan dihasankan Syaikh Albany.

▶ Tamyiz adalah seorang anak bisa membedakan sesuatu dan memilah di antara sesuatu tersebut.

12). Apakah dalil disyaratkannya berakal?

Jawab:

🌸Dalil disyaratkannya berakal adalah hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, bersabda Rasulullahﷺ:

” رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ عَنْ الْمَجْنُونِ الْمَغْلُوبِ عَلَى عَقْلِهِ حَتَّى يَفِيقَ وَعَنْ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ”.

“Pena pencatat dosa itu diangkat dari tiga golongan; orang gila hingga ia waras, orang tidur hingga ia terbangun dan anak kecil hingga bermimpi basah?”

📚 HR. Abu Dawud dan dishahihkan Syaikh Al-Albany.

Risalah Kedua Tentang Seputar Tata Cara Sholat

4). Apa saja rukun sholat?

Jawab :

🌸Rukun sholat ada 14 rukun, yaitu :

1). Berdiri bila mampu.
2). Takbiratul ihram.
3). Membaca Al-fatihah.
4). Rukuk.
5). Bangkit dari rukuk.
6). I’tidal setelah rukuk.
7). Sujud.
8). Bangkit dari sujud.
9). Duduk di antara dua sujud.
10). Tuma’ninah pada setiap rukun sholat.
11). Mengerjakan rukun sholat secara berurutan.
12). Tasyahud akhir.
13). Duduk tasyahud akhir.
14). Salam.


📝Catatan penerjemah:

Rukun sholat adalah bacaan atau gerakan sholat yang apabila ditinggalkan secara sengaja, maka batal sholatnya, jika lupa tidak dihitung rakaatnya dan harus menambah rakaat lagi kemudian melakukan sujud sahwi.

5). Apakah kewajiban-kewajiban sholat itu?

Jawab:

🍀Kewajiban sholat ada 8, yaitu:

1). Takbir selain takbiratul ihram, karena takbiratul ihram merupakan rukun sholat.
2). Bacaan:

سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Sami’allahu liman hamidah.

Untuk imam dan orang yang sholat sendirian (munfarid).

4). Bacaan
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ

Robbanaa wa lakal hamdu

Untuk semua (imam, makmum dan munfarid).

4). Bacaan rukuk.
5). Bacaan sujud.
6). Bacaan duduk diantara dua sujud رَبِّ اغْفِر لِي
Robbigh firli.
7). Tasyahud awwal.
8). Duduk Tasyahud awwal.

Dan kewajiban-kewajiban ini akan batal sholat jika ditinggalkan secara sengaja dan cukup sujud sahwi bila meninggalkannya karena lupa.

6). Apakah pembatal-pembatal sholat itu?

Jawab :

🌿Pembatal sholat ada 8, yaitu:

1). Berbicara dengan sengaja.
2). Tertawa.
3). Makan.
4). Minum.
5). Membuka aurot.
6). Berpaling dari arah kiblat.
7). Melakukan banyak gerakan yang tidak diperlukan berbeda dengan sedikit gerakan, tidak membatalkan sholat.
8). Berhadats.

7). Apa dalil disyaratkannya niat?

Jawab:

🌾Dalilnya adalah hadits Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى”. متفق عليه.

Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan.

📚 HR. Bukhari Muslim.

8). Apakah hukum mengucapkan niat? Seperti perkataan sebagian orang:

نَوَيتُ أُصَلِّي لِلّهِ كَذَا كَذُا رَكْعَة

Saya niat shalat karena Allah begini dan begini sekian rakaat? dengan dilafazkan (Penerjemah)

Jawab:

🌷Melafazkan niat adalah bid’ah, tidak boleh dilakulan; karena itu tidak dilakukan oleh Nabi Shallallaahu’ alaihi wasallam, dalilnya adalah hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, Beliau berkata:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ”. متفق عليه

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang membuat perkara baru dalam urusan kami (agama) ini yang tidak ada perintahnya, maka perkara itu tertolak”.

📚 HR. Bukhori Muslim

Dalam riwayat Imam Muslim:

“مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa mengamalkan suatu perkara yang tidak kami perintahkan, maka ia (amalan itu) tertolak.”

Dan cukup berniat di dalam hati.

Sebagaimana hadits:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan”.

(Bersambung in syaa Allah)

Risalah Pertama Tentang Seputar Tata Cara Sholat

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف المرسلين.
أما بعد:

Maka termasuk nikmat Allah Azza wa Jalla adalah wujudnya ulama rabbaniyun yang membimbing umat kepada shirotholmustaqim (jalan yang lurus), mengajari mereka perkara agama dari kecilnya sampai perkara besarnya supaya selamat dunia dan akhirat.

Pada kesempatan ini kami akan sampaikan seputar tata cara sholat dalam bentuk tanya jawab yang kami ambilkan dari kitab:

150 سؤال وجواب في صفة الصلاة

🖋Penulis: Muwaffaq bin Ahmad bin Ali Al Fadhily

Kami pilih kitab ini karena di dalamnya disebutkan banyak pembahasan dengan dalil ayat atau hadits shahih dengan tanpa menyebutkan perbedaan pendapat di kalangan ulama secara detail untuk mempermudah pemula dalam memahami hukum terkait sholat ,
semoga Allah Azza wa Jalla membalas kebaikan kepada penulis kitab ini dan bisa menjadi jalan kebaikan dan manfaat kepada para pembaca sekalian.

In syaa Allah kami akan mulai terjemahkan pembahasan ini, semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan amalan ini ikhlas karena-Nya dan menjadi pemberat amalan di hari tidaklah bermanfaat harta dan anak keturunan.

🖋Penerjemah:
Abu Zur’ah Wiwit Wahyu Ariyanto.

23 Shofar 1440 H


21 Oktober 2019

بسم الله الرحمن الرحيم

Aku mulai dengan memohon pertolongan Allah Azza wa Jalla.

▶ Pembahasan Pertama Tentang Syarat, Rukun, Kewajiban Dan Pembatal Sholat

1). Apa hukum sholat?

Jawab :

🍁Hukum sholat adalah wajib menurut Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijmak (kesepakatan ulama).
Sholat merupakan rukun Islam kedua. Barang siapa meninggalkannya, maka sungguh dia telah kafir.

Allah Ta’ala berfirman:

{ وَأقِيْمُواالصَّلٰوةَ وَاٰ تُواالزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ }.

“Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 43)

Dan hadits:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ”. متفق عليه.

dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Islam dibangun di atas lima (landasan); persaksian tidak ada sesembahan yang hak selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan”.

📚 HR.Bukhori Muslim.

Dan hadits:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ”. رواه الترمذي وصححه الألباني وهو في الصحيح المسند للإمام الوادعي.

dari Abdullah bin Buraidah dari bapaknya dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa yang meninggalkannya, maka dia sungguh telah kafir’.”

📚 HR. At-Tirmidziy dishohihkan Syaikh Albany dan Syaikh Muqbil dalam ash-Shahih al-Musnad

2). Apa kewajiban kita terhadap sholat?

Jawab :

🍃Wajib atas kita menunaikannya sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menunaikannya dan kita diperintahkan untuk itu,

Dalilnya:

عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً فَظَنَّ أَنَّا اشْتَقْنَا أَهْلَنَا وَسَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا فِي أَهْلِنَا فَأَخْبَرْنَاهُ وَكَانَ رَفِيقًا رَحِيمًا فَقَال:َ “ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي وَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُم”.ْ رواه البخاري

dari Abu Sulaiman Malik bin Al Huwairits dia berkata; “Kami datang kepada Nabi Shallallahu’alaihi wasallam sedangkan waktu itu kami adalah pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama dua puluh malam. Beliau mengira kalau kami merindukan keluarga kami, maka beliau bertanya tentang keluarga kami yang kami tinggalkan. Kami pun memberitahukannya, beliau adalah seorang yang sangat penyayang dan sangat lembut. Beliau bersabda: “Pulanglah ke keluarga kalian. Tinggallah bersama mereka dan ajari mereka serta perintahkan mereka dan shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat. Jika telah datang waktu shalat, maka hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan, dan yang paling tua dari kalian hendaknya menjadi imam kalian’.”

📚 HR.Bukhori.

3). Apakah syarat-syarat sholat itu?

Jawab:

1). Islam :
tidak sah sholat seorang kafir sampai dia menjadi Muslim.
2). Berakal :
tidak sah sholat orang gila sampai dia berakal (sembuh).
3). Tamyiz :
tidak sah sholat dari anak kecil yang tidak paham dan tidak bisa menjawab dalam pembicaraan dan kapan seorang anak kecil bisa membedakan (tamyiz), maka sah sholatnya baik itu berumur, 5 tahun /6 tahun/ 7tahun. Tidak ada di sana batasan umur tertentu.
(📝Penerjemah: sholatnya anak kecil adalah sebagai latihan bagi mereka, supaya terbiasa dalam menjalankannya, adapun hukum wajibnya, apabila anak tersebut telah mencapai usia baligh)
4). Suci:
Suci badan, pakaian dan tempat sholatnya, tidak sah sholat dengan adanya najis pada salah satu di antara ketiganya.
5). Menutup aurat: Tidak sah sholat orang yang terbuka auratnya.
6). Menghilangkan hadats:
Tidak sah sholat tanpa wudhu’.
(📝Penerjemah: hadats kecil: buang angin, buang air besar, hadats besar: keluar mani (junub) dan ini harus mandi besar terlebih dahulu)
7). Mengetahui waktu sholat:
Tidak sah shalat sebelum masuk waktu atau keluar dari waktu sholat kecuali sakit, bepergian, lupa atau tertidur.
8). Menghadap kiblat: Tidak sah sholat bila menghadap ke arah selain kiblat kecuali orang yang berada di kapal atau semisalnya dan khawatir keluar dari waktu.
9) . Niat dan memaksudkan ibadah: Tidak sah sholat tanpa niat yaitu menentukan sholat yang akan dia laksanakan, niat tempatnya di hati. Dan termasuk di dalamnya adalah ikhlas, yaitu sholat ikhlas dengan mengharap wajah Allah tidak riya, tidak pula pamer.