37). Dimanakah seorang yang sholat meletakkan tangannya setelah takbiratul ihram?
Jawab:
๐ธDia meletakkan kedua tangannya di atas dada, tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri (1), boleh telapak tangan kanan menggenggam di atas telapak kiri atau di atas pergelangan tangan kiri atau pada siku tangan kiri, ketiga cara tersebut termaktub dalam hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
๐พDan tidak boleh melepaskan tangannya (disamping tubuhnya), karena ini adalah menyelisihi As-Sunnah (untuk bersedekap).
โก Dalilnya hadits Waa`il bin Hujr radhiyallahu ‘anhu:
( ุฃูููููู ุฑูุฃูู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู
ู ููู ูุตูู ููุถูุนู ููุฏููู ุงููููู
ูููู ุนูููู ุงููููุณูุฑูู ).
“Bahwasanya dia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam -Beliau dalam keadaan sholat- meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya.”
๐ HR. Muslim.
โก Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“ุฅูุง ู
ุนุงุดุฑ ุงูุฃูุจูุงุก ุฃู
ุฑูุง ุจุซูุงุซ: ุจุชุนุฌูู ุงููุทุฑ, ูุชุฃุฎูุฑ ุงูุณุญูุฑ, ููุถุน ุงููุฏ ุงููู
ูู ุนูู ุงููุณุฑู ูู ุงูุตูุงุฉ.”
“Sesungguhnya kami para nabi, kami diperintahkan dengan tiga perkara: menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahur dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika sholat.”
๐ HR. Baihaqi dan dihasankan oleh Syaikh Albany
๐ฅ Dan tidak boleh bagi orang yang sholat meletakkan kedua tangannya di atas pinggangnya.
๐ฟDalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu’ anhu, beliau berkata:
( ููู ุฑุณูู ุงููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
-ุนู ุงูุงุฎุชุตุงุฑ ูู ุงูุตูุงุฉ ).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang berkacak pinggang ketika sholat
๐ HR. Bukhori dan Muslim.
๐Berkata Imam Abu Dawud:
“yaitu meletakkan tangannya di atas pinggangnya.”
38). Apakah makmum mengeraskan suaranya ketika takbiratul ihram setelah imam mengucapkan takbiratul ihram?
Jawab :
๐บMakmum tidak mengeraskan suaranya ketika takbir setelah imam karena para Sahabat radhiyallahu ‘anhum tidak melakukannya hal itu (ketika sholat) di belakang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kecuali bila diperlukan, salah satu di antara mereka (mengeraskan suaranya) agar sampai (terdengar oleh) shaf yang jauh atau ke masjid perempuan seperti dahulu dilakukan oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menyampaikan kepada jamaah sholatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sakit.
๐ทAdapun dengan adanya pengeras suara maka tidak perlu salah satu dari orang yang sholat mengeraskan suaranya agar terdengar (jamaah di belakangnya).
(1). Penerjemah:
๐ปBerkata Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz Al-Jibrin hafizhahullah:
“Dan sebagian Ulama berpendapat bahwa seorang yang sholat diberi pilihan dalam tempat meletakkan kedua tangannya, dia meletakkannya di atas dada, di atas pusar atau di bawah pusar karena tidak adanya dalil yang kuat baik hadits marfu’ (sampai Nabi), mauquf (perkataan Sahabat) dalam menentukan letak kedua tangan (ketika bersedekap) dan ini adalah (pendapat) yang paling dekat.”
๐ Syarh Umdatul Fiqh (1/272-273).