Risalah Kedelapan Belas Tentang Seputar Tata Cara Sholat

50). Apakah hukum sholat di atas kapal atau pesawat terbang?

Jawab:

🌿Boleh, jika dikhawatirkan keluar dari waktu sholat.

➡ Dalilnya adalah Hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata:

“Rasulullah ‎ﷺ ditanya tentang sholat di kapal, Beliau ‎ﷺ bersabda:

( صَلِّ قَائِمًا إِلَّا أَنْ تَخَافَ الْغَرَقَ)

“Sholatlah berdiri kecuali jika engkau takut tenggelam (maka sholatlah dengan duduk).”

📚HR. Daaraquthniy dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany.

🌸Di sini disebutkan bahwa sholat di kapal atau pesawat terbang dengan berdiri, kecuali jika khawatir akan dirinya terjatuh atau tenggalam, maka sholat dalam keadaan duduk.

🌺Menghadap qiblat ketika memulai sholat dan tidak mengapa jika kapal mengarah kepada selain qiblat setelah itu karena dalam keadaan darurat,

➡ Allah Ta’ala berfirman:

{ فَا تَّقُوا اللّٰهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ }.

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (QS. At-Taghabun 64: Ayat 16)

51). Bolehkah sholat nafilah (sunnah) di atas kendaraan (mobil, pesawat atau hewan tunggangan) dalam keadaan tidak darurat?

Jawab:

🌷Ya, boleh.

➡ Dan dalilnya adalah hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

عن أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا سَافَرَ فَأَرَادَ أَنْ يَتَطَوَّعَ اسْتَقْبَلَ بِنَاقَتِهِ الْقِبْلَةَ فَكَبَّرَ ثُمَّ صَلَّى حَيْثُ وَجَّهَهُ رِكَابُهُ.

Dari anas bin Malik bahwa apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hendak mengerjakan shalat sunnah, beliau menghadapkan untanya ke arah Kiblat, lalu beliau shalat ke arah mana saja kendaraan (untanya) menghadap.”

📚 HR. Imam Abu Dawud dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany.

➡ Dalam riwayat Imam Ahmad dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany :

(حَيْثُمَا تَوَجَّهَتْ بِهِ).

“Ke arah mana pun kendaraan itu menghadap.”

🌸 Apabila datang waktu sholat fardhu turun dari kendaraannya setelah itu menghadap kiblat kemudian sholat.

🌿 Sebagaimana hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:

عن جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي عَلَى رَاحِلَتِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يُصَلِّيَ الْمَكْتُوبَةَ نَزَلَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ.

Dari Jabir bin ‘Abdullah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendirikan shalat diatas hewan tunggangannya menghadap ke Timur. Jika Beliau hendak melaksanakan shalat wajib, maka Beliau turun dan melaksanakannya dengan menghadap kiblat”.

📚 HR. Bukhori.

52). Bolehkah sholat nawafil (sunnah) dalam keadaan duduk tanpa adanya uzur?

Jawab:

🌷Ya, boleh

🍀Akan tetapi yang utama dia sholat dalam keadaan berdiri karena sholat duduk pahalanya separuh sholat berdiri kecuali bagi orang yang memiliki uzur baginya pahala sempurna.

➡ Dalilnya adalah hadits Hafshoh radhiyallahu ‘anha:

عن حَفْصَةَ أَنَّهَا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي سُبْحَتِهِ قَاعِدًا حَتَّى كَانَ قَبْلَ وَفَاتِهِ بِعَام.

dari Hafsah Berkata: “Belum pernah Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat sunnahnya beliau lakukan dengan duduk, hingga setahun sebelum wafatnya.”

📚 HR. Muslim.

Makna السُّبْحَة adalah sholat sunnah.

▶ Dan hadits Imron bin Hushain radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ الرَّجُلِ وَهُوَ قَاعِدٌ فَقَالَ مَنْ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ أَفْضَلُ وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَائِمِ وَمَنْ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَاعِد
ِ
dari Imron bin Hushain, berkata; Aku pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang seseorang yang melaksanakan shalat dengan duduk. Maka Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Siapa yang shalat dengan berdiri maka itu lebih utama. Dan siapa yang melaksanakan shalat dengan duduk maka baginya setengah pahala dari orang yang shalat dengan berdiri dan siapa yang shalat dengan tidur (berbaring) maka baginya setengah pahala orang yang shalat dengan duduk”.

📚HR. Bukhori

Dan makna:

(وَ صَلَاتُه نَائِماً) أَي: مُضْطَجِعًا

Dan sholatnya dalam keadaan tidur

Maksudnya:
sholatnya dalam keadaan berbaring.

Risalah Keenam Belas Seputar Tata Cara Sholat

🌸Tata Cara Berdiri Dalam Sholat🌸

43). Apakah hukum berdiri ketika sholat?

Jawab:

🌿Berdiri adalah rukun dari rukun-rukun sholat, tidak sah sholat kecuali dengannya, dikecualikan bagi orang yang tidak mampu berdiri.

➡ Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah telah lewat di Bab Rukun Sholat. (pada soal nomor 17).

44). Bolehkah sholat fardhu di atas kendaraan?

Jawab:

🍀Tidak boleh sholat wajib di atas hewan tunggangan atau kendaraan (mobil, bis, kereta dan semisalnya) atau kapal dan semisalnya karena tidak tetapnya seorang yang sholat dalam menghadap kiblat kecuali dalam keadaan darurat (terpaksa) semisal takut.

➡ Dalilnya adalah firman Allah Azza wa Jalla:

{ حَا فِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَا لصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ }.

“Peliharalah semua sholat dan sholat wusta (Ashar). Dan laksanakanlah (sholat) karena Allah dengan khusyuk.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 238).

( فَإنْ خِفْتُمْ فَرِجَا لًا اَوْ رُكْبَا نًا ۚ فَاِذَاۤ اَمِنْتُمْ فَاذْکُرُوا اللّٰهَ کَمَا عَلَّمَکُمْ مَّا لَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَ ).

“Jika kamu takut (ada bahaya), sholatlah sambil berjalan kaki atau berkendaraan. Kemudian apabila telah aman, maka ingatlah Allah (sholatlah), sebagaimana Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang tidak kamu ketahui.”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 239)

🌺Berkata Imam As-Sa’diy rahimahullah di dalam tafsir ayat ini:

{ فَرِجَا لًا }

Yaitu berjalan dengan kaki.

{ رُكْبَا نًا }

Di atas kuda, unta dan lainnya. Dan mengharuskan yang demikian itu (perintah menjaga sholat) mereka (sholat dalam keadaan) menghadap kiblat atau tidak menghadapnya.

45). Bolehkah bagi seorang yang sedang sakit atau yang tidak mampu berdiri, sholat dalam keadaan duduk?

Jawab:

🍁Ya, boleh. Apabila tidak mempunyai kemampuan berdiri, adapun apabila sakitnya ringan dan mampu berdiri, maka wajib baginya untuk sholat dalam keadaan berdiri.

▶ Dalilnya adalah hadits ‘Imron bin Hushain:

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَتْ بِي بَوَاسِيرُ فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الصَّلَاةِ فَقَالَ 🙁 صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ ). رواه البخاري.

dari ‘Imran bin Hushain radliallahu ‘anhu berkata: “Suatu kali aku menderita sakit wasir lalu aku tanyakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang cara shalat. Maka Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Shalatlah dengan berdiri, jika kamu tidak sanggup lakukanlah dengan duduk dan bila tidak sanggup juga lakukanlah dengan berbaring pada salah satu sisi badan”.

📚HR. Bukhori.

46). Apakah hukum sholat berpegangan pada tongkat atau semisalnya ketika tidak mampu atau sedang sakit?

Jawab:

🌷Ini merupakan berlebih-lebihan dalam agama dan memperberat diri sendiri karena tidak dilakukan oleh Rasulullah ‎ﷺ ketika beliau dalam keadaan sakitnya.

➡ Dan dalilnya adalah hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا حَبْلٌ مَمْدُودٌ بَيْنَ السَّارِيَتَيْنِ فَقَال:( مَا هَذَا الْحَبْلُ؟). قَالُوا :هَذَا حَبْلٌ لِزَيْنَبَ فَإِذَا فَتَرَتْ تَعَلَّقَتْ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:( لَا حُلُّوهُ لِيُصَلِّ أَحَدُكُمْ نَشَاطَهُ فَإِذَا فَتَرَ فَلْيَقْعُدْ ). متفق عليه.

dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masuk (ke masjid), kemudian Beliau mendapati tali yang diikatkan dua tiang. Kemudian Beliau berkata: “Apa ini?” Orang-orang menjawab: “Tali ini milik Zainab, bila dia shalat dengan berdiri lalu merasa letih, dia berpegangan tali tersebut”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jangan ia lakukan sedemikian itu. Lepaskanlah! Hendaklah seseorang dari kalian tekun dalam shalatnya (dalam keadaan berdiri) dan apabila dia merasa letih, shalatlah sambil duduk”.

📚 HR. Bukhori Muslim.

Risalah Kelima Belas Tentang Seputar Tata Cara Sholat

41). Apakah hukum menoleh di dalam sholat?

Jawab :

🍁Menoleh di dalam sholat hukumnya makruh. Dan boleh menoleh ketika diperlukan.

➡ Dalilnya adalah hadits ‘ Aisyah radhiyallahu ‘anha:

عَنْ عَائشَة قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الِالْتِفَاتِ فِي الصَّلَاةِ فَقَالَ : ( هُوَ اخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ الْعَبْد ).ِ رواه البخاري.

dari ‘Aisyah berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang menoleh dalam shalat. Maka Beliau bersabda: “Itu adalah sambaran yang sangat cepat yang dilakukan oleh setan terhadap shalatnya hamba.”

📚 HR. Bukhori.

🌸 Ini dalam hal menoleh dengan kepala.

🌾Adapun membalikkan badan secara keseluruhan, maka tidak boleh karena seandainya dia berpaling dari kiblat maka batal sholatnya.

Dan makna:

( اخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ الشَّيْطَانُ)

Bahwasanya setan mencuri dari seorang hamba dengan menolehnya dalam sholatnya dan merampasnya sekali sambaran sampai masuk padanya dengan sebab itu kekurangan dan kesalahan pada sholatnya.

🌿Menoleh ada dua macam:

Menoleh (berpalingnya) hati dan menolehnya wajah.

➡Dalil bolehnya menoleh wajah ketika diperlukan hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu

عَنْ جَابِرٍ قَالَ 🙁 اشْتَكَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّيْنَا وَرَاءَهُ وَهُوَ قَاعِدٌ وَأَبُو بَكْرٍ يُسْمِعُ النَّاسَ تَكْبِيرَهُ فَالْتَفَتَ إِلَيْنَا فَرَآنَا قِيَامًا فَأَشَارَ إِلَيْنَا فَقَعَدْنَا فَصَلَّيْنَا بِصَلَاتِهِ قُعُودًا…). رواه مسلم.

dari Jabir dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang sakit, lalu kita shalat di belakangnya, sedangkan beliau dalam keadaan duduk, dan Abu Bakar memperdengarkan takbirnya kepada manusia. Lalu beliau menoleh kepada kami, maka beliau melihat kami shalat dalam keadaan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti shalatnya dalam keadaan duduk…

📚 HR. Muslim.

42). Apakah hukum meletakkan lukisan, gambar atau tulisan di depan orang yang sedang sholat?

Jawab:

🌿Hukumnya adalah makruh karena akan menyibukkan seorang yang sedang sholat dari sholatnya.

➡ Dalilnya adalah hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي خَمِيصَةٍ لَهَا أَعْلَامٌ فَنَظَرَ إِلَى أَعْلَامِهَا نَظْرَةً فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ : ( اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ وَأْتُونِي بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلَاتِي ). وَقَالَ هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( كُنْتُ أَنْظُرُ إِلَى عَلَمِهَا وَأَنَا فِي الصَّلَاةِ فَأَخَافُ أَنْ تَفْتِنَنِي ). متفق عليه.

dari ‘Aisyah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat memakai mantel (Khamishah) Lalu beliau melihat kepada gambar tersebut. Selesai shalat beliau berkata: “Pergilah dengan membawa kain ini kepada Abu Jahm dan gantilah dengan pakaian polos dari Abu Jahm. Sungguh kain ini tadi telah mengganggu shalatku.” Hisyam bin ‘Urwah berkata dari Bapaknya dari ‘Aisyah berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku melihat pada gambarnya sedangkan aku dalam keadaan sholat lalu aku khawatir gambar itu menggangguku.”

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

➡Khamishah:

Mantel (pakaian luar) berwarna hitam (ada juga yang merah) yang memiliki corak bergaris-garis dan rumbai.

▶ Dan termasuk kesalahan yang terjadi pada sebagian orang adalah memajang kaligrafi ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah ‎ﷺ pada dinding masjid terkhusus di bagian depan masjid, ini tidak pernah dilakukan oleh salafush shalih (generasi terdahulu) dan ini akan menyibukkan orang-orang yang sedang sholat.

Risalah Keempat Belas Tentang Seputar Tata Cara Sholat

🌿Tempat Memandang ketika Sholat🌿

39). Kemanakah seorang yang sholat memandang dalam sholatnya?

Jawab:

🌾Seorang yang sholat memandang ke arah tempat sujudnya dan ketika tasyahud memandang ke arah jari telunjuknya dan mengisyaratkan jari telunjuknya ke arah kiblat.

➡ Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

( كَانَ رَسُوْلُ اللّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا صَلَّى طَأْطَأَ رَأْسَهُ وَرمَى بَصَرَهُ إِلَى الْأَرْضِ ).

Dahulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam apabila sholat menundukkan kepalanya dan memandang ke arah bumi (tempat sujud).

📚 HR. Al-Hakim dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany.

➡ Dan hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma:

( أَنَّهُ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ فِي الْقِبْلَةِ وَرَمَى بِبَصَرِهِ إِلَيْهَا أَوْ نَحْوِهَا ثُمَّ قَالَ هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ ).

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Beliau meletakkan tangan kanan di atas paha kanan, lalu menunjukkan jari telunjuknya ke kiblat dan mengarahkan pandangan ke jari tersebut-atau ke sekitarnya.” Kemudian ia (Abdullah bin Umar) berkata, “Begitulah cara Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam melakukannya.”

📚 HR. An-Nasa`i. Berkata Syaikh Al-Albany: Hadits hasan shahih.

40). Apakah hukum memandang ke arah langit di tengah sholat?

Jawab :

🌿Tidak boleh memandang ke arah langit di tengah sholat.

➡Dan dalilnya adalah hadits Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ يَرْفَعُونَ أَبْصَارَهُمْ إِلَى السَّمَاءِ فِي الصَّلَاةِ أَوْ لَا تَرْجِعُ إِلَيْهِمْ ).ْ رواه مسلم. وفي رواية: ( أو لَتُخطَفَنّ َأَبصَارَهُم ).

dari Jabir bin Samurah dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hendaklah suatu kaum menghentikan untuk mengangkat pandangan mereka ke langit dalam shalat atau (kalau tidak), niscaya pandangan tersebut tidak kembalikepada mereka (buta).”

➡ Dalam riwayat lain:

( أَوْ لَتُخْطَفَنَّ أَبْصَارُهُم ).

“atau (kalau tidak), niscaya pandangan mereka akan dicabut (dibutakan).”

📚 HR. Muslim.

Risalah Ketiga Belas Tentang Seputar Tata Cara Sholat

37). Dimanakah seorang yang sholat meletakkan tangannya setelah takbiratul ihram?

Jawab:

🌸Dia meletakkan kedua tangannya di atas dada, tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri (1), boleh telapak tangan kanan menggenggam di atas telapak kiri atau di atas pergelangan tangan kiri atau pada siku tangan kiri, ketiga cara tersebut termaktub dalam hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

🌾Dan tidak boleh melepaskan tangannya (disamping tubuhnya), karena ini adalah menyelisihi As-Sunnah (untuk bersedekap).

➡ Dalilnya hadits Waa`il bin Hujr radhiyallahu ‘anhu:

( أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وهو يصلي وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى ).

“Bahwasanya dia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam -Beliau dalam keadaan sholat- meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya.”

📚 HR. Muslim.

➡ Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“إنا معاشر الأنبياء أمرنا بثلاث: بتعجيل الفطر, وتأخير السحور, ووضع اليد اليمنى على اليسرى في الصلاة.”

“Sesungguhnya kami para nabi, kami diperintahkan dengan tiga perkara: menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahur dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika sholat.”

📚 HR. Baihaqi dan dihasankan oleh Syaikh Albany

🔥 Dan tidak boleh bagi orang yang sholat meletakkan kedua tangannya di atas pinggangnya.

🌿Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu’ anhu, beliau berkata:

( نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم-عن الاختصار في الصلاة ).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang berkacak pinggang ketika sholat

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

🍀Berkata Imam Abu Dawud:

“yaitu meletakkan tangannya di atas pinggangnya.”

38). Apakah makmum mengeraskan suaranya ketika takbiratul ihram setelah imam mengucapkan takbiratul ihram?

Jawab :

🌺Makmum tidak mengeraskan suaranya ketika takbir setelah imam karena para Sahabat radhiyallahu ‘anhum tidak melakukannya hal itu (ketika sholat) di belakang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kecuali bila diperlukan, salah satu di antara mereka (mengeraskan suaranya) agar sampai (terdengar oleh) shaf yang jauh atau ke masjid perempuan seperti dahulu dilakukan oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menyampaikan kepada jamaah sholatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sakit.

🌷Adapun dengan adanya pengeras suara maka tidak perlu salah satu dari orang yang sholat mengeraskan suaranya agar terdengar (jamaah di belakangnya).


(1). Penerjemah:

🌻Berkata Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz Al-Jibrin hafizhahullah:

“Dan sebagian Ulama berpendapat bahwa seorang yang sholat diberi pilihan dalam tempat meletakkan kedua tangannya, dia meletakkannya di atas dada, di atas pusar atau di bawah pusar karena tidak adanya dalil yang kuat baik hadits marfu’ (sampai Nabi), mauquf (perkataan Sahabat) dalam menentukan letak kedua tangan (ketika bersedekap) dan ini adalah (pendapat) yang paling dekat.”

📚 Syarh Umdatul Fiqh (1/272-273).

Risalah Kesebelas Tentang Seputar Tata Cara Sholat

32). Apa hukum sholat menghadap kubur?

Jawab:

🔥Tidak boleh sholat menghadap kubur.

➡ Dalilnya adalah hadits Abi Martsad Al-Ghanawi:

عَنْ أَبِي مَرْثَدٍ الْغَنَوِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:( لَا تُصَلُّوا إِلَى الْقُبُورِ وَلَا تَجْلِسُوا عَلَيْهَا ). رواه مسلم.

Dari Abu Martsad Al Ghanawi ia berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian shalat menghadap ke kuburan dan jangan pula kalian duduk di atasnya.”

📚 HR. Muslim.

33). Apakah hukum sholat di kuburan atau masjid yang terdapat di dalamnya kuburan?

Jawab:

🌷Dalilnya adalah hadits Abu Martsad pada soal 32 dan hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَرَضِهِ الَّذِي لَمْ يَقُمْ مِنْه:”ُ لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ.” قَالَتْ فَلَوْلَا ذَاكَ أُبْرِزَ قَبْرُهُ غَيْرَ أَنَّهُ خُشِيَ أَنْ يُتَّخَذَ مَسْجِدًا متفق عليه.

Dari Aisyah radhiyallahu’anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda dalam sakitnya yang menyebabkan beliau tidak bisa bangkit lagi: “Allah melaknat kaum Yahudi dan Nashrani yang menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid’.”
Aisyah berkata, “Kalau bukan karena itu, niscaya kuburan beliau ditampakkan, padahal tindakan itu dikhawatirkan akan dijadikannya kuburan beliau sebagai masjid.”

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

34). Apakah boleh sholat “jenazah” di kuburan atau menghadap ke kubur?

Jawab:

🌺Ya, boleh sholat “jenazah” di kuburan.

➡ Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ الْمَسْجِدَ أَوْ شَابًّا فَفَقَدَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَ عَنْهَا أَوْ عَنْهُ فَقَالُوا مَاتَ قَالَ: ” أَفَلَا كُنْتُمْ آذَنْتُمُونِي ” قَالَ فَكَأَنَّهُمْ صَغَّرُوا أَمْرَهَا أَوْ أَمْرَهُ فَقَالَ: ” دُلُّونِي عَلَى قَبْرِهِ فَدَلُّوهُ فَصَلَّى عَلَيْهَا.” متفق عليه.

Dari Abu Hurairah bahwa seorang wanita berkulit hitam atau seorang pemuda yang biasanya menyapu Masjid. Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kehilangan orang itu, sehingga beliau pun menanyakannya. Para sahabat menjawab, “Orang itu telah meninggal.” Beliau bersabda: “Kenapa kalian tidak memberitahukan kepadaku?” Sepertinya mereka menganggap remeh urusan kematiannya. Beliau pun bersabda: “Tunjukkanlah kepadaku di mana letak kuburannya.” Maka para sahabat pun menunjukkan kuburannya, dan akhirnya beliau menyalatkannya.

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

Risalah Kesepuluh Tentang Seputar Tata Cara Sholat

29). Bagaimana hukumnya apabila binatang (selain anjing hitam dan keledai) lewat di depan orang yang sedang sholat dan apa yang seharusnya dia lakukan?

Jawab:

🌿Lewatnya binatang (selain anjing hitam dan keledai) mengurangi pahala sholat dan bagi orang yang sholat supaya mencegahnya bila dia mampu atau bersegera ke depan menuju kiblat sehingga binatang itu lewat di belakangnya.

▶ Dalilnya adalah hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

( كَانَ يُصَلِّيْ فَمَرَّتْ شَاةٌ بَيْنَ يَدَيْهِ فَسَاعَاهَا إِلَى الْقِبْلَةِ حَتَّى أَلْزَقَ بَطْنَهُ بِالْقِبْلَةِ ).

“Dahulu Rasulullah Shallallaahu’Alaihi wasallam sholat kemudian kambing melewati di depannya, maka Rasulullah Shallallaahu’Alaihi wasallam bersegera menuju kiblat sampai perutnya menempel kiblat (yang dijadikan sutrah).”

📚 HR. Ibnu Khuzaimah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany.

30). Bolehkah bergerak ke arah sutrah?

Jawab:

🍀Ya.
Segala gerakan boleh dilakukan dalam rangka keperluan sutrah atau bagusnya sholat. Apabila sutrah agak jauh dari orang yang sholat, maka boleh baginya bergerak menuju sutrah sampai jaraknya dia dan sutrah semisal lintasan kambing (kambing bisa melewatinya).

➡ Dalilnya hadits Ibnu Abbas (yang telah lewat)

31). Bagaimana hukumnya melewati di antara shaf di belakang imam?

Jawab:

🌸Boleh bagi orang yang mempunyai kebutuhan (hajat), dikarenakan sutrah imam adalah sutrah untuk makmum juga hingga selesai menunaikan shalatnya.

🌾Dalilnya adalah hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أَقْبَلْتُ رَاكِبًا عَلَى أَتَانٍ وَأَنَا يَوْمَئِذٍ قَدْ نَاهَزْتُ الِاحْتِلَامَ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِالنَّاسِ بِمِنًى فَمَرَرْتُ بَيْنَ يَدَيْ الصَّفِّ فَنَزَلْتُ فَأَرْسَلْتُ الْأَتَانَ تَرْتَعُ وَدَخَلْتُ فِي الصَّفِّ فَلَمْ يُنْكِرْ ذَلِكَ عَلَيَّ أَحَدٌ متفق عليه.

dari Ibnu Abbas dia berkata, Aku pernah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam, dengan mengendarai keledai betina, ketika itu aku hampir baligh. Waktu itu Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam sedang mengimami shalat orang banyak di Mina. Lalu aku lewat di muka shaf, lalu aku turun, lalu aku mengirim pergi keledai betina tersebut untuk merumput. Kemudian aku masuk ke dalam shaf; ternyata tidak ada seorang pun yang menegurku atas tindakanku yang demikian itu.”

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

Risalah Kedua Belas Tentang Seputar Tata Cara Sholat

Tata Cara Takbiratul Ihram🌸

35). Apakah yang dilakukan seorang yang sholat ketika takbiratul Ihram?

Jawab :

🍁Dia mengangkat kedua tangannya dengan membentangkan jari-jari tangannya sejajar bahu atau kedua telinganya kemudian bertakbir.

➡ Dalilnya adalah hadits Salim dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma:

عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ… متفق عليه.

dari Salim bin ‘Abdullah dari Bapaknya (Abdullah bin Umar bin Khaththab) radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat tangannya sejajar dengan pundaknya ketika memulai shalat..

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

➡ Dan hadits Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhuma bersabda :

( كَانَ رَسُوْلُ اللّهِ ﷺ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى تَكُوْنَا حَذْوَ أُذُنَيْهِ ). رواه البيهقي و صححه الألباني

Dahulu Rasulullah ﷺ jika beliau hendak sholat, mengangkat kedua tangannya hingga keduanya sejajar telinganya.

📚 HR. Al Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany.

36). Kapan seorang yang sholat itu mengangkat tangannya?

Jawab :

🌾Seorang yang sholat mengangkat tangannya ketika takbiratul ihram sebagaimana soal nomor 35, ketika akan rukuk , bangkit dari rukuk dan berdiri dari tasyahud awal.

➡ Dalilnya adalah hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَال:( رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ فِي الصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَكَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ حِينَ يُكَبِّرُ لِلرُّكُوعِ وَيَفْعَلُ ذَلِكَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ وَيَقُولُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ وَلَا يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السُّجُودِ ). متفق عليه.

dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika berdiri shalat, beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan pundaknya. Beliau melakukan seperti itu ketika takbir untuk rukuk dan bangkit dari rukuk dengan mengangkat kepalanya sambil mengucapkan: ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya) ‘. Namun beliau tidak melakukan seperti itu ketika akan sujud.”

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

➡ Dan juga Hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma:

عَنْ نَافِعٍ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ إِذَا دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا رَكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا قَامَ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ رَفَعَ يَدَيْهِ وَرَفَعَ ذَلِكَ ابْنُ عُمَرَ إِلَى نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

dari Nafi’ bahwa Ibnu ‘Umar ketika memulai shalat, dia bertakbir dengan mengangkat kedua tangannya, dan ketika rukuk mengangkat kedua tangannya, dan ketika mengucapkan: ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH mengangkat kedua tangannya, dan ketika berdiri dari dua rakaat mengangkat kedua tangannya. Lalu Ibnu ‘Umar mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan seperti itu.”

📚 HR. Bukhori.

🌸Sama saja mengangkat tangan sambil mengucapkan takbir, atau takbir kemudian mengangkat tangan atau mengangkat tangan kemudian takbir semuanya pernah dilakukan Rasulullah ﷺ.

Risalah Kesembilan Tentang Tata Cara Sholat

26). Apakah hukum sholat yang dilewati sesuatu di depannya (sedangkan orang yang sholat itu) tanpa sutrah atau sesuatu tersebut lewat antara dia dan sutrahnya (sedangkan) dia tidak mencegahnya?

Jawab:

🌾Sholatnya shahih tapi berkurang pahalanya, kecuali yang lewat di depannya perempuan dewasa atau anjing hitam atau keledai, maka sholatnya batal.

27). Apakah dalil atas batalnya sholat dengan lewatnya perempuan, anjing hitam dan keledai di depan orang yang sholat?

Jawab :

🌸Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 🙁 يَقْطَعُ الصَّلَاةَ الْمَرْأَةُ وَالْحِمَارُ وَالْكَلْبُ وَيَقِي ذَلِكَ مِثْلُ مُؤْخِرَةِ الرَّحْل ).ِ متفق عليه.

dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda, “Yang memutuskan shalat ialah perempuan dewasa (telah haidh), keledai, dan anjing. Dan untuk menjaga yang demikian itu (dengan meletakkan sutrah) semisal pelana unta.”_

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

▶ Dan makna “memutus sholat” yaitu membatalkannya, dan anjing yang membatalkan sholat adalah anjing hitam karena dia adalah setan seperti yang disebutkan dalam Shahih Muslim dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu.

28). Apa sifat perempuan yang memutuskan sholat?

Jawab :

🌺Perempuan yang memutuskan sholat adalah perempuan sudah baligh yang telah mencapai umur haid.

🌿Berkata sebagian ahlul ilmi:

Adapun anak perempuan kecil, maka tidak memutus sholat. Wallahu’alam.

➡ Lihatlah sifat sholat Nabi karya Syaikh Al-Albany.

🌾Seperti yang tercantum dalam Sunan Abu Dawud dari Jabir bin Zaid menyebutkan:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضي الله عنهما يقول” يَقْطَعُ الصَّلَاةَ الْمَرْأَةُ الْحَائِضُ وَالْكَلْب.” رواه أبو داود وصححه الألباني

dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata “Yang dapat memutus (membatalkan) shalat seseorang adalah wanita yang telah haidh dan anjing.”

➡ Dan perempuan yang telah haidh tidaklah memutuskan sholat kecuali dia berjalan melewati di depan orang sholat. Adapun bila dia diam berdiri, duduk atau berbaring di depan orang yang sholat, maka tidak memutus sholatnya.

➡ Dalilnya adalah hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata:

( لَقَدْ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَإِنِّي لَبَيْنَهُ وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ وَأَنَا مُضْطَجِعَةٌ عَلَى السَّرِيرِ ). متفق عليه.

Sungguh aku pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat, sementara aku berbaring di atas tempat tidur antara beliau dan arah kiblatnya.

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

Risalah Kedelapan Tentang Tata Cara Sholat

24). Apa hukumnya melewati di depan orang yang shalat tanpa sutrah?

Jawab:

🔥Tidak boleh melalui di depan orang sholat tanpa sutrah, barangsiapa yang melewatinya maka dia berdosa. Dalilnya adalah hadits Abu Juhaim radhiyallahu ‘anhu:

قَالَ أَبُو جُهَيْمٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : ( لَوْ يَعْلَمُ الْمَارُّ بَيْنَ يَدَيْ الْمُصَلِّي مَاذَا عَلَيْهِ لَكَانَ أَنْ يَقِفَ أَرْبَعِينَ خَيْرًا لَهُ مِنْ أَنْ يَمُرَّ بَيْنَ يَدَيْهِ ). قَالَ أَبُو النَّضْرِ لَا أَدْرِي قَالَ أَرْبَعِينَ يَوْمًا أَوْ شَهْرًا أَوْ سَنَةً. متفق عليه.

Abu Juhaim berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kalau orang yang lewat di hadapan orang yang sedang shalat mengetahui dosa yang ditanggungnya, niscaya dia akan berhenti empat puluh, adalah lebih baik baginya daripada melewati di hadapan orang yang sedang shalat.”
Berkata Abu An-Nadhr (seorang perawi hadits ini):
“Saya tidak tahu dia berkata empat puluh hari atau bulan atau tahun.”

📚HR. Bukhori dan Muslim.

25). Apa yang dilakukan orang yang sholat jika ada orang yang melewati di depannya?

Jawab:

🍁Jika ada yang melewati di depannya, maka hendaklah dia mencegahnya dan tidak membiarkannya lewat di hadapannya tanpa sutroh. Dalilnya adalah hadits Abu Sa’id Al-Khudry radhiyallahu ‘anhu:

َ عن أبي سعيد الخدري قالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ :(( إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ إِلَى شَيْءٍ يَسْتُرُهُ مِنْ النَّاسِ فَأَرَادَ أَحَدٌ أَنْ يَجْتَازَ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلْيَدْفَعْهُ فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَان )). متفق عليه.

Dari Abu Sa’id berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian shalat menghadap suatu sutrah dari manusia (yang lewat), lalu ada seseorang yang bermaksud lewat di depannya, maka hendaklah dia mendorongnya, jika dia menolak, hendaklah dia memeranginya karena dia adalah setan (1)”.

📚 HR. Bukhori dan Muslim.

▶ Makna “memeranginya” yaitu mencegahnya dengan kuat dan tidak dimaksudkan perang sesungguhnya dan hanya saja untuk menguatkan dalam pencegahan.
➡ Lihatlah kitab Fathul Bari.


Penerjemah:

(1). Ulama dalam memaknai ( karena dia adalah setan):

🌿Berkata Ibnu Hajar dalam Fathul Bari:

Yaitu perbuatannya (melewati di hadapan orang yang sholat) adalah perbuatan setan karena dia menolak (ketika dicegah untuk tidak melewati orang yang sholat maka perbuatannya ini tidaklah) melainkan memberikan kekacauan bagi seorang yang sedang sholat…

Dan ada kemungkinan makna (kedua):hanya saja yang membawa dia melakukan seperti itu adalah setan.(pent: sebagaimana dalam riwayat Imam Muslim dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma: (karena sesungguhnya setan bersamanya).